RIAUAKTUAL (RA) - Cara pengobatan tradisional ternyata ampuh melawan pilek dan alergi, bahkan lebih efektif dari obat-obatan yang dijual di apotik. Hal ini dijelaskan oleh Mary J. Scourboutakos, asisten profesor adjunct di Family and Community Medicine, dan rekannya di Old Dominion University.
Gejala flu dan alergi biasanya diawali dengan gatal di bagian belakang tenggorokan. Ini disertai bersin yang disusul oleh batuk, pilek, dan hidung tersumbat dalam beberapa hari.
Hampir semua orang mengalaminya sekitar tiga kali setahun, dengan durasi rata-rata sembilan hari. Obat bebas biasanya tak terlalu manjur, sementara antibiotik jelas tak bisa mengatasi penyakit yang disebabkan virus.
Namun beberapa tahun terakhir, muncul banyak penelitian yang menunjukkan keefektifan praktik kuno bernama “irigasi hidung dengan larutan garam” (nasal saline irrigation) dalam membantu meredakan gejala flu, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Tak hanya mempercepat pemulihan, metode ini juga membantu mengurangi penularan virus, menekan kebutuhan antibiotik, bahkan dapat menurunkan risiko pasien dirawat di rumah sakit. Yang paling menarik, biayanya sangat murah dan tidak memerlukan resep dokter.
Mary mengaku, setiap hari selalui menangani pasien dengan keluhan flu. Banyak yang awalnya meragukan ketika dia menyarankan praktik pengobatan tradisional nasal saline irrigation. Namun, beberapa orang yang mengikuti sarannya justru mengaku berhasil mengatasi gejala flu tersebut.
Selain membantu meredakan infeksi saluran napas atas, irigasi hidung dengan larutan saline juga efektif untuk mengatasi alergi, hidung tersumbat kronis, postnasal drip, hingga infeksi sinus berulang.
Apa Itu Nasal Saline Irrigation?
Irigasi hidung adalah proses membilas rongga hidung dengan larutan air garam. Ada yang menggunakan botol semprot pump-action, ada juga yang memakai neti pot, wadah kecil yang bentuknya mirip teko mini.
Neti pot sendiri sudah digunakan sejak abad ke-15. Popularitasnya meningkat di Amerika Serikat pada 2012 setelah didemonstrasikan oleh Dr. Oz di acara Oprah.
Namun jauh sebelum itu, dokter Yunani dan Romawi kuno sudah punya alat pembersih hidung versi mereka. Praktik ini bahkan pernah dibahas dalam jurnal ilmiah seperti The Lancet pada tahun 1902.
Larutan air garam sendiri memiliki beberapa manfaat penting. Pertama membersihkan hidung secara fisik, termasuk mengeluarkan lendir, kerak, virus, hingga polutan yang menempel di rongga hidung. Kedua, menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi virus. Air garam sedikit lebih asam daripada air biasa, sehingga memperlambat kemampuan virus untuk berkembang biak.
Ketiga mengembalikan fungsi sistem pertahanan alami tubuh. Di dalam hidung kita terdapat rambut-rambut mikroskopis bernama silia yang bekerja seperti eskalator, mendorong virus dan partikel asing keluar dari tubuh. Air garam membantu silia bekerja lebih optimal.
Sebuah studi besar terhadap lebih dari 11.000 orang yang dipublikasikan di The Lancet pada 2024 menemukan bahwa penggunaan irigasi hidung sejak gejala pertama hingga enam kali sehari dapat memperpendek masa sakit sekitar dua hari. Studi lain bahkan menunjukkan durasinya bisa berkurang hingga empat hari.
Riset juga menunjukkan bahwa irigasi saline membantu mencegah penyebaran penyakit. Pada pasien yang dirawat, irigasi saline setiap empat jam selama 16 jam setelah terdeteksi COVID-19 mampu menurunkan viral load hingga 8,9%, sementara kelompok kontrol justru mengalami peningkatan.
Manfaatnya juga terasa bagi penderita alergi. Dalam meta-analisis 10 studi acak terkontrol, irigasi hidung dapat menurunkan penggunaan obat alergi hingga 62%. Metode ini juga efektif untuk gejala kronis seperti hidung tersumbat, postnasal drip, dan sinusitis berulang.
Kenapa Ini Penting?
Selain membantu pasien sembuh lebih cepat, manfaat terbesar irigasi hidung adalah menekan penggunaan antibiotik yang tidak perlu, salah satu penyebab utama resistensi antibiotik.
Padahal sudah jelas bahwa antibiotik tidak mempercepat penyembuhan infeksi saluran pernapasan akibat virus. Meski begitu, banyak pasien merasa lebih puas ketika diberikan resep antibiotik.
Itulah sebabnya sekitar 10 juta resep antibiotik yang tidak tepat sasaran diberikan setiap tahun untuk penyakit virus. Dalam satu studi terhadap lebih dari 49.000 pasien dengan infeksi napas, 42,4% di antaranya mendapatkan antibiotik yang sebenarnya tidak diperlukan.
Pasien memang kadang merasa lebih baik setelah minum antibiotik, tetapi itu karena efek anti-inflamasi sampingan dari obat tersebut yang sebenarnya bisa diperoleh dari ibuprofen atau naproxen, tentu saja bisa dikombinasikan dengan irigasi hidung.
Sebaliknya, irigasi hidung adalah alternatif yang murah, efektif, dan berbasis bukti: mempercepat pemulihan, mencegah penularan, mengurangi kebutuhan antibiotik, dan mencegah pasien masuk rumah sakit.
Bagaimana Cara Pakainya
Tidak perlu alat mahal. Bahkan neti pot pun bukan keharusan. Banyak apotek menjual larutan saline siap pakai dalam botol nozzle atau botol semprot yang bisa diisi ulang dengan larutan buatan sendiri.
Cara membuat larutan garam:
- Siapkan ½ sendok teh garam non-yodium
- Campur dengan 1 cangkir air
- Gunakan air distilasi atau air rebusan yang sudah dimasak minimal 5 menit lalu didinginkan
- Bisa tambahkan sedikit baking soda untuk mengurangi sensasi perih
Catatan penting, larutan yang lebih asin tidak lebih efektif. Namun beberapa studi menunjukkan air laut alami dengan kandungan mineral seperti magnesium, kalium, hingga kalsium bisa memberi manfaat tambahan.
Kamu bisa melakukan irigasi hidung setiap kali merasa terpapar penyakit menular. Untuk hasil terbaik, lakukan sejak gejala pertama muncul. Ulangi beberapa kali sehari sesuai kebutuhan. Minimal, lakukan pagi dan malam.