Riauaktual.com - Sepertinya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memang memilih takdir untuk tak lepas dari kontroversi. Di saat isu penistaan agama mulai mengendur, kini memuncul kontroversi lagi dengan video kampanye yang dianggap menyudutkan kelompok tertentu dari umat Islam.
Di masa injury Pilkada, Ahok mengeluarkan uar-uar dengan sebuah video di akun Twitter pribadinya, dengan menuliskan tagar #BeragamItuBasukiDjarot, sesuai dengan jargon Ahok-Djarot dalam kampanyenya.
Oleh sebagian warga internet, video Ahok dibalas dengan tanda pagar #KampanyeAhokJahat. Di awal video, terdapat adegan sekelompok pemuda dengan ekspresi kemarahan menggedot-gedor sebuah mobil yang ditumpangi oleh seorang ibu dan anaknya. Keduanya terjebak di dalam mobil dan ketakutan. Kemudian, muncul adegan sekelompok pria berpeci dan sorban serta berbaju koko tengah berdemonstrasi dan membawa spanduk "Ganyang Cina". Lalu, terdapat adegan polisi wanita yang akan menjinakkan bom.
Video tersebut juga diisi dengan suara pidato Djarot saat Konser Gue 2 pada Februari lalu. "Saudara-saudaraku, seluruh warga Jakarta, waktu sudah mulai dekat. Jadilah bagian dari pelaku sejarah ini dan akan kita tunjukkan bahwa negara Pancasila benar-benar hadir di Jakarta," ujar Djarot dengan nada menggebu.
Suara Djarot tersebut berlatarkan adegan seorang pebulutangkis Indonesia beretnis Tionghoa yang tengah berlaga dan adegan-adegan lainnya dari anak-anak muda yang memakai pakaian adat dari berbagai suku. Video itu juga menyelipkan adegan seorang keluarga yang sedang menonton tayangan sekelompok pria berpeci yang tengah berdemonstrasi di televisi.
Di akhir video, suara Djarot kembali muncul. "Siapa pun kalian, apa agama kalian, apa suku kalian, dari mana asal-usul kalian, saudara-saudara semua adalah saudara kita sebangsa dan setanah air dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama," kata Djarot. Video kampanye itu pun ditutup dengan jargon "19 April 2017 Pilih Keberagaman".
Yang dipermasalahkan banyak masyarakat adalah para pelaku aksi anarkis dalam video tersebut digambarkan dengan pakaian tertentu yang berasosiasi kelompok Islam, yang selama ini menentang dirinya.
Menanggapi ini, dai kondang Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym harus angkat bicara dengan membuat surat terbuka yang menyebut cara-cara Ahok berkampanye sangat keji karena menggambarkan umat Islam sebagai perusuh. Protes keras pengasuh Pesantren Daarut Tauhid ini disampaikannya melalui fan page Facebook-nya, hari ini.
Tak hanya Aa Gym yang protes, politisi seperti Rachel Maryam dan Fahira Idris juga berkomentar dengan nada kecewa, yang intinya menyebut video Ahok sangat tendensius menyerang kelompok tertentu.
Namun, sebaliknya, kubu Ahok tak merasa ada yang salah. Juru bicara tim pemenangan Ahok-Djarot, Raja Juli Antoni misalnya, menyebut jika video berdurasis sekitar dua menit itu sekadar menceritakan fakta historis yang terjadi saat ini. Kekacauan yang terjadi selama ini menurutnya adalah memang fakta yang dilakukan kelompok dengan identitas tersebut.
Pendukung Ahok seperti Ade Armando juga menyampaikan nada serupa. Dosen UI itu menilai Iklan Ahok sangat baik untuk memperingatkan warga DKI supaya memilih pemimpin yang benar.
Melihat dari sisi pendidikan politik, apalagi demi kepentingan nasional yang lebih besar, video seperti ini tentu tidak elok. Tudingan dibalas sindiran, tuduhan dibalas hujatan, cibiran dibalas serangan; kapan selesainya?
Ahok akan lebih elegan seumpama berkampanye dengan fokus pada program kerja dan hal-hal positif lain yang bisa diuraikan untuk membuktikan bahwa dia diterima semua kalangan. Ada banyak kasus yang di dalamnya Ahok dekat dengan kalangan mana pun, misalnya kyai dan pondok pesantren, ini bisa dielaborasi menjadi kemasan iklan yang menarik.
Pasti tersedia banyak bahan untuk sekadar dijadikan alat kampanye Ahok, terutama karena dia petahana. Akan tetapi, dengan membuat film yang menyinggung emosi massa seperti itu, tampaknya Ahok memang ingin perlawanan, bukan proses rekonsiliasi dengan pihak-pihak yang selama ini berkonflik.
Kita sudah memutuskan untuk bernegara NKRI, maka setiap elemen anak bangsa adalah keluarga. Jika ada satu anak yang menderita kecanduan (narkoba, alkohol hingga kecanduan ideologi), cara menyelesaikannya bukan dikutuk, disindir-sindir atau malah diusir dari rumah, tetapi disembuhkan cacat kepribadiannya dengan cara dirangkul. Setiap anak yang bermasalah adalah karena kurang pelukan dari keluarga yang membesarkannya, sama seperti elemen anak bangsa yang suka berisik atau memberontak sekali pun. Mereka seperti itu karena hanya dilihat tapi tak pernah diperhatikan.
Kita pasti sepakat bahwa negara adalah sebuah sistem. Ahli biologi Jerman penemu teori sistem (GST, general system theory) Karl Ludwig von Bertalanffy (1901 –1972) mendefinisikan sistem sebagai unsur kompleks dalam sebuah interaksi. Di sini, sistem mensyaratkan pengaruh timbal balik dengan tetap mempertahankan unsur-unsur yang ada. Jika unsur-unsur tersebut dilebur menjadi satu, ini bukan sistem; atau, sebalikya, apabila tiap-tiap unsur berdiri tanpa ada reaksi timbal balik, ini pun tak layak disebut sistem.
Jadi, bernegara adalah merangkul semua pihak dengan membuat hubungan tiap-tiap pihak fungsional, dengan perannya masing-masing. Apabila cara yang ditempuh dalam membangun sistem adalah dengan mengkoleksi penyakitan perasaan, sindiran, cemooh atau cibiran terhadap unsur-unsur pembentuk negara, hasil minimalnya adalah disfungsinya sistem tersebut, jika tidak runtuh sama sekali.
Kubu Ahok tampaknya menilai lawan seperti anak nakal, akan tetapi mereka juga bereaksi seperti kanak-kanak pula menyikapinya. Sebaliknya, lawan menilai Ahok bandel, tetapi hanya bisa mencaci-maki belaka. Kedua kubu tampak tak ada niat untuk melakukan terapi rekonsiliasi politik. Jika tidak tahu cara melakukan terapi, seharusnya mereka tidak perlu malu memanggil ahli.
Omong kosong mendengungkan kebhinnekaan tanpa merangkul perbedaan dan hanya memilih bersatu dengan orang-orang yang satu ideologi, agama, budaya, ras dan kepentingan. Justru unsur-unsur tersebut harus dipelihara supaya kita tetap hidup dalam sistem negara kesatuan. Perbedaan harus diakui, dikelola dan diarifi untuk membangun hubungan, bukan memutusnya.
Sumber : rimanews