Wah! Inikah Bukti Venus Bisa Dihuni oleh Manusia

Jumat, 04 Agustus 2017 | 07:06:46 WIB
(Foto: Business Insider)

Riauaktual.com - Dengan atmosfer yang 90 persen lebih tebal dari suhu di Bumi, yaitu sekira 462 derajat celcius, Venus merupakan planet di tata surya yang diharapkan memiliki kehidupan baru.

Namun, sebuah simulasi baru telah menunjukkan bahwa Venus mungkin pernah memiliki air laut dan mungkin pernah ada kehidupan di sana. Sebuah simulasi baru menemukan bahwa di beberapa titik di masa lalu, ada cukup banyak awan yang menutupi Venus.

Dikutip dari Dailymail.co.uk, Jum'at (4/8/2017), awan tersebut berfungsi untuk membuat kondisi permukaan Venus cukup dingin untuk mendukung samudra. Para peneliti mengatakan bahwa kombinasi awan tebal dan samudra ‘kurus’ ini mungkin telah terjadi miliaran tahun lalu.

Peneliti dari Université Paris-Saclay mampu menjalankan lusinan simulasi awal Venus. Dalam makalah yang diterbitkan dalam Journal of Geophysical Research: Planets, kelompok peneliti tersebut menyimpulkan bahwa Venus pada awalnya memiliki jumlah karbon dioksida yang sama seperti saat ini.

Kondisi tersebut cukup untuk membiarkan air berada di permukaan dengan kondisi suhu yang dingin. Simulasi yang dibuat menunjukkan, jika penutup awan dalam jumlah yang cukup, planet ini hanya membutuhkan 30 persen massa samudra Bumi untuk membentuk samudra dangkal.

Venus berputar sangat lambat dibandingkan dengan Bumi. Putaran Venus memakan waktu sekira 116 hari di Bumi.

Ini merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh para peneliti saat mereka membangun model simulasi tersebut. Mereka juga menambahkan faktor lain seperti tingkat karbon dioksida, panas dari Matahari, dan perkiraan jumlah air di Venus.

Penambahan faktor tersebut berdasarkan data dari karya sebelumnya yang menghasilkan teori bagaimana sebuah planet terbentuk. Simulasi komputer sebelumnya oleh ilmuwan NASA mengembalikan teori batuan kedua yang sekarang tidak dapat dihuni dari Matahari.

Ilmuwan dari Nasa Goddard Institute for Space Studies (GISS) di New York menggunakan model yang mirip dengan tipe yang digunakan untuk memprediksi perubahan iklim di Bumi pada masa depan untuk melihat masa lalu Venus.

“Banyak alat yang sama yang kami gunakan untuk model perubahan iklim di Bumi dan dapat disesuaikan untuk mempelajari iklim di planet lain, baik dulu maupun sekarang," ungkap Dr Muchael Way, seorang peneliti di GISS dan penulis utama makalah ini.

Ia mengatakan, hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan Venus kuno mungkin tempat yang sangat berbeda dari sekarang. Para ilmuwan telah lama berpikir bahwa Venus terbentuk dari bahan yang mirip dengan Bumi, namun mengikuti jalanan evolusi yang berbeda.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada Juni, para ilmuwan di Rice University mengatakan bahwa perubahan evolusioner kecil dapat mengubah nasib Bumi dan Venus. Perubahan tersebut dapat menciptakan situasi di mana kehidupan bisa ada di Venus yang hijau dan Bumi akan menjadi planet mati.

Para peneliti mengatakan bahwa perubahan evolusioner kecil bisa mengubah nasib Bumi dan Venus. Pengukuran oleh misi perintis NASA ke Venus pada 1980-an pertama kali memperkirakan bahwa Venus awalnya memiliki samudra.

Tapi karena Venus lebih dekat ke Matahari daripada Bumi dan menerima lebih banyak sinar Matahari, maka air laut pun menguap. Tanpa air yang tersisa di permukaan, karbon dioksida tumbuh di atmosfer yang menyebabkan efek ‘rumah kaca’.

Dr Way dan kolega GISS menyimulasikan kondisi awal Venus dengan hipotesis awal adalah atmosfer yang dimiliki serupa dengan Bumi. Studi ini juga memperhitungkan Matahari kuno yang redup sampai 30 persen.

Meski begitu, Venus kuno masih menerima sekira 40 persen lebih banyak sinar Matahari daripada yang didapat oleh Bumi saat ini. “Dalam simulasi model GISS, putaran lambat Venus menghadapkan hari ke Matahari selama hampir dua bulan sekaligus," ungkap rekan penulis dan ilmuwan GISS Anthony Del Genio.

Terkini

Terpopuler