Riauaktual.com - Apa perasaan anda kalau tiba-tiba bisa mengenggam uang senilai 1 Triliun di tangan ?
Kaget ?
Bahagia ?
Atau malah tak tahu harus apa ?
Yang jelas perasaan campur aduk pasti anda rasakan bukan ?
Nah inilah yang beberapa waktu lalu dirasakan oleh Harry Spencer.
Dan percaya atau tidak kekayaan mendadak yang dirasakannya justru berasal dari sebuah benda pengganjal pintu yang sudah 9 tahun.
Pada pertengahan 1930-an, awalnya Roy Spencer yang saat itu berusia 12 tahun menemukan sebuah kristal hitam besar di sebuah lapangan yang berlokasi di Kota Queensland, Australia.
Tak sabar ingin menunjukkan pada ayahnya, Roy kecil pun langsung berlari pulang ke rumah.
Harry Spencer yang seorang penambang berpikir kalau putranya Roy hanya menemukan sebuah batu kristal biasa.
Meski begitu benda itu bentuknya sedikit lebih besar dari ukuran batu atau Kristal normal.
Demi menjadi ayah yang baik, Harry mengatakan kalau dia menyukai apa yang dibawa anaknya dan membuat apa yang ditemukan anaknya itu sebagai penahan pintu.
Ya, dibelakang pintu rumah merekalah tempat benda itu berdiam selama 9 tahun kemudian.
Hampir satu dasawarsa, Harry baru mengetahui bahwa batu safir bisa lebih dari banyak warna selain biru, dan sebenarnya bisa muncul dalam hampir setiap warna (kecuali warna merah) – termasuk warna hitam.
Harry yang curiga kemudian melihat lebih dekat ke penahan pintu rumahnya dan menemukan kalau sebenarnya batu yang awalnya ia kira biasa itu rupanya sebuah permata.
Kaget sekaligus bahagia, Harry kemudian mulai mencari pembeli dan akhirnya menjual permata yang masih mentah itu ke sebuah toko perhiasan di Los Angeles.
Seorang pria bernama Harry Kazanjian lah yang membeli safir seukuran telapak tangan itu, yang dulu seharga $ 18.000 pada tahun 1947, sekarang harganya bisa menyentuh angka sekitar $ 185.000.
Kazanjian adalah seorang ahli batu safir dan yakin bahwa permata yang baru dia beli itu adalah “Safir Bintang” unik yang akan sangat meningkat nilainya jika dipotong dengan benar.
Safir Bintang memiliki lipatan unik yang berkilau berbeda dari permata lainnya.
Ini akan menciptakan efek optik yang disebut “asterisme” yang bersinar seperti bintang berujung 6.
Setelah 2 bulan penelitian dan perencanaan yang matang, Kazanikan memotong safir itu hampir setengahnya.
Dia mengungkapkan bahwa batu itu adalah safir bintang yang selalu dia yakini.
Setelah dipotong nilai batu safir itu membengkak menjadi lebih dari $ 1 juta pada tahun 1949.
Safir itu rupanya telah terjual berkali-kali, dan saat ini dipamerkan untuk beberapa museum paling terkenal di dunia.
Dikenal sebagai Bintang Hitam dari Queensland, safir tersebut dimasukkan dalam sebuah kalung berlian dan sekarang bernilai sekitar $ 80.000.000 atau setara Rp. 1 Triliun!.
(Sripoku.com/A. Sadam Husen)