Ilmuwan Sebut Manusia Tak Lagi Cocok Hidup di Kota, Kenapa?

Ilmuwan Sebut Manusia Tak Lagi Cocok Hidup di Kota, Kenapa?
Ilustrasi kehidupan manusia di perkotaan. Foto: iStock

RIAUAKTUAL (RA) - Tubuh manusia ternyata tidak sepenuhnya dirancang untuk hidup di kota modern. Kondisi ini, menurut sejumlah ilmuwan, bisa memberikan dampak besar bagi kesehatan dan kesejahteraan kita.

Pernyataan ini datang dari para ahli evolusi di Loughborough University, Inggris, dan University of Zurich, Swiss. Mereka menilai industrialisasi cepat telah mengubah kebiasaan manusia begitu drastis, hingga tubuh kita tak lagi mampu beradaptasi secepat perubahan yang terjadi.

Hidup di lingkungan yang padat, penuh polusi, dan semakin jauh dari alam, diduga memengaruhi fungsi-fungsi biologis esensial yang membentuk kebugaran evolusioner manusia.
Dampaknya tidak main-main, mulai dari masalah reproduksi seperti infertilitas dan penurunan jumlah sperma, gangguan imun seperti alergi dan penyakit autoimun, hingga penurunan fungsi kognitif yang membuat perkembangan melambat dan penuaan otak lebih cepat. Bahkan kekuatan fisik dan stamina pun berpotensi merosot.

Di tengah menurunnya tingkat kesuburan global, meningkatnya penyakit kronis, serta prediksi bahwa 68 persen populasi dunia akan tinggal di kota pada 2050, temuan ini menjadi semakin relevan.

“Sepanjang sejarah manusia, tubuh kita dibentuk oleh lingkungan alami. Namun industrialisasi mengubah dunia jauh lebih cepat daripada kemampuan tubuh kita untuk menyesuaikan diri,” ujar Danny Longman, dosen senior fisiologi evolusi manusia di Loughborough, mengutip dari KUMPARAN.

Menurut Longman, fenomena tersebut mereka rangkum dalam konsep Environmental Mismatch Hypothesis, yakni gagasan bahwa tubuh manusia yang berevolusi untuk hidup dekat alam kini tidak cocok dengan lingkungan urban modern.

Riset yang mereka lakukan bukan dengan mengumpulkan data baru, melainkan menyatukan temuan dari berbagai bidang, termasuk antropologi, ekologi, fisiologi, hingga kesehatan publik. Mereka menelaah bagaimana lingkungan modern memengaruhi tubuh manusia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasilnya cukup mengkhawatirkan.

“Setiap hari, kebisingan kronis, kepadatan manusia, kemacetan, stimulasi digital berlebih, dan minimnya ruang hijau membuat sistem stres tubuh terus aktif. Ini meningkatkan kecemasan, memperburuk kualitas tidur, dan mengganggu konsentrasi,” jelas Longman.

Dalam jangka panjang, stres berulang ini dapat memicu masalah kesehatan mental, tekanan pada jantung, gangguan kognitif, kekacauan sistem imun, hingga turunnya kesehatan reproduksi.

Mereka juga menemukan bukti bahwa lingkungan yang bising, kotor, dan padat dapat menurunkan performa fisik, terutama untuk aktivitas yang membutuhkan daya tahan.

“Dengan kata lain, perjalanan harian melewati jalanan bising dan penuh polusi itu bukan sekadar tidak nyaman, tapi punya konsekuensi biologis nyata,” kata Longman.

Meski begitu, Longman mengakui manusia tak mungkin kembali hidup di alam liar mengingat pertumbuhan populasi dan ekspansi kota yang terus berjalan.

“Perkotaan adalah masa depan kita. Tantangannya adalah merancang kota yang sesuai dengan biologi manusia, bukan bertentangan dengannya,” ujarnya.

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index