Riauaktual.com - Duta besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov pekan lalu mengatakan negara Barat yang terus-menerus memasok persenjataan ke Ukraina bisa membuat situasi mengarah pada konfrontasi militer langsung antara AS dan Rusia.
Sejak Rusia melancarkan operasi militer ke Ukraina, negara NATO dan sekutu mereka menghindari keterlibatan langsung militer mereka, tapi aktif mengirimkan senjata dan amunisi ke Ukraina.
Dalam wawancara dengan Newsweek, Antonov menyebut negara Barat "secara langsung memicu pertumpahan darah lebih luas" Antonov mengatakan tindakan itu "berbahaya" dan "provokatif".
"Ini bisa mengarah pada konfrontasi militer langsung antara Amerika Serikat dan Federasi Rusia. Segala macam pasokan senjata dan peralatan militer dari negara Barat yang dikirimkan melalui konvoi kendaraan memasuki wilayah Ukraina adalah target sah dari pasukan bersenjata kami," kata dia, seperti dilansir laman Russia Today, Sabtu (9/4).
Dua hari lalu Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba menyerukan negara NATO untuk terus memasok Kiev dengan "senjata, senjata, dan senjata".
Antonov juga mengatakan, "eksplorasi militer" Ukraina oleh NATO sudah dimulai jauh sebelum operasi militer Rusia di negara itu. Dalam bahasa Antonov, Ukraina "dibanjiri persenjataan Barat sementara Presiden Volodymyr Zelensky mengumumkan rencana Ukraina untuk memiliki senjata nuklir."
Antonov merujuk pada pidato Zelenskyy pada Konferensi Keamanan Munich. Pada 19 Februari, lima hari sebelum Rusia melancarkan serangan, Zelenskyy menyebut, pada 1994 Ukraina menandatangani Memorandum Budapest dan menyerahkan senjata nuklirnya sebagai imbalan jaminan keamanan.
Antonov menyatakan persyaratan Rusia untuk "mengakhiri konflik" masih belum berubah: demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, status netral resmi dan non-nuklir dari Ukraina, pengakuan wilayah Krimea sebagai kedaulatan Rusia, dan kemerdekaan dari Republik Donetsk dan Luhansk.
