RIAUAKTUAL (RA) - Meskipun belakangan dilanda hujan, Jakarta juga sempat dilanda cuaca panas, bahkan menurut laporan dari Badan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada pertengahan Oktober lalu, cuaca panas yang melanda berbagai wilayah Indonesia mencapai suhu maksimum 37,6°C.
Menurut BMKG, kondisi panas ini disebabkan oleh kombinasi gerak semu matahari dan pengaruh Monsun Australia. Fenomena tersebut diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir Oktober atau awal November 2025.
Di tengah cuaca yang menyengat, menikmati minuman dingin memang terasa menyegarkan. Perpaduan rasa manis dan dinginnya es sering kali jadi pilihan utama untuk mengusir dahaga.
Namun, ahli gizi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Fitri Hudayani, mengingatkan agar masyarakat tidak sembarangan memilih minuman untuk mengatasi haus.
"Jika minum minuman kemasan atau yang memiliki rasa untuk menghilangkan rasa haus, maka konsekuensinya akan meningkatkan asupan gula dalam tubuh," kata Fitri dikutip dari kumparan.
Fitri menjelaskan bahwa gula merupakan sumber karbohidrat yang akan dikonversi menjadi kalori. Jika kalori dari minuman manis ditambah dengan asupan energi dari makanan, maka total kalori yang masuk ke tubuh bisa berlebihan.
"Konsekuensinya, nanti gula darah bisa naik, kemudian berat badan juga naik," ujarnya.
Lebih lanjut, Fitri juga mengingatkan bahwa konsumsi gula berlebih dapat menimbulkan penumpukan lemak di dalam hati yang berisiko mengganggu kesehatan metabolik.
Sebagai gantinya, ia mengatakan bahwa air putih adalah pilihan terbaik untuk mengatasi dehidrasi. Fitri juga menganjurkan untuk minum air putih minimal 2-2,5 liter atau 8-10 gelas sehari.
"Kalau misalnya dalam kondisi haus, untuk menggantikan cairan tubuh atau agar tubuh lebih nyaman, yang paling baik adalah air putih saja," kata Fitri.
Sumber cairan lain yang bisa dikonsumsi, kata Fitri adalah dari buah-buahan yang mengandung air seperti semangka dan makanan yang mengandung kuah seperti sop.