NASIONAL (RA) - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono menganggap bahwa tuduhan aksi 2 Desember sebagai upaya makar merupakan sebuah fitnah dan membuat suasana tidak kondusif.
"Jangan ABI (Aksi Bela Islam) dituduh-tuduh sebagai gerakan makar. Kapolri sebaiknya mengajak bicara kepada pimpinan pimpinan umat Islam," kata Arief seperti dikutip dari Rimanews, Selasa (22/11).
Aksi 2 Desember menurut Arief tidak lebih sebagai sebuah gerakan moral yang ditujukan pada aparat hukum agar memperlakukan sama pada setiap WNI yang diduga telah menistakan agama. Menurutnya, ada yurisprudensi bagi orang yang diduga menistakan agama kemudian dilakukan penahanan sebelum masuk tahap pengadilan.
"Jadi tolong dong, anak buah Pak Joko Widodo seperti Kapolri dan Panglima TNI jangan terlalu reaktif dengan gerakan ABI 3, karena mereka juga masyarakat yang harus diayomi dan diperhatikan juga," katanya.
Arief berharap Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengimbau kepada masa aksi 2 Desember untuk mengirimkan delegasinya ke Mabes Polri.
"Ajak lah mereka bicara bukan malah sedikit sedikit menilai makar. Ingat loh aksi turun ke jalan itu sebagai konsekuensi sebuah negara yang demokratis yang harus sama sama kita sadari," imbuhnya.
Dia meyakini bahwa tidak ada aksi dengan bertujuan untuk makar terhadap Presiden Joko Widodo. Sebab, biaya sosial yang dikeluarkan akan sangat besar bila terjadi makar.
"Dan harusnya mikir ada apa kok sampai bisa turun ke jalan. Inikan berarti ada suatu yang tidak benar dalam penegakkan hukum atau rasa keadilan yang dirasakan masyarakat dalam kasus penistaan agama yang diduga dilakukan oleh Ahok," ucapnya.
Arief merasa kasihan terhadap Presiden yang harus disibukkan dengan isu makar dan kudeta. Padahal, informasi itu adalah menyesatkan.
"Jadi percuma aja Joko Widodo punya banyak pembantu tapi tidak bisa membantu atau menginformasikan yang tepat pada Pak Joko Widodo untuk mengatasi persoalan yang ada di masyarakat," tandasnya.