PEKANBARU (RA) - Cuaca panas masih melanda sebagian besar wilayah Riau pada Selasa (28/10/2025).
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, suhu udara hari ini diperkirakan dapat mencapai 35 derajat Celsius, dengan kondisi dominan cerah berawan hingga berawan di sebagian besar wilayah.
Forecaster On Duty BMKG Pekanbaru, Yudhistira Mawadah, menjelaskan bahwa meskipun cuaca Riau cenderung panas terik, potensi hujan dengan intensitas ringan masih bisa terjadi di beberapa wilayah, terutama pada siang hingga sore hari.
"Pada pagi hari, cuaca umumnya cerah berawan hingga berawan. Namun hujan ringan berpotensi terjadi di sebagian wilayah Indragiri Hilir dan Indragiri Hulu," ujar Yudhistira, Selasa pagi.
Ia menambahkan, pada siang hingga sore hari, hujan ringan juga berpotensi turun di Kabupaten Kampar, Bengkalis, Siak, Indragiri Hulu, dan Indragiri Hilir.
Sementara pada malam hari hingga dini hari, cuaca diprakirakan tetap cerah berawan hingga berawan, dengan kondisi udara yang sedikit kabur akibat kelembapan tinggi.
BMKG mencatat, suhu udara di Riau berkisar antara 23 hingga 35°C dengan kelembapan 48-96%, dan angin berhembus dari arah barat daya hingga barat laut dengan kecepatan 10–40 km/jam.
Untuk wilayah perairan, tinggi gelombang laut di Provinsi Riau berada pada kisaran 0,5-1,25 meter, tergolong kategori rendah.
Berdasarkan pantauan citra satelit Terra, Aqua, dan Suomi NPP, BMKG mendeteksi total 144 titik panas (hotspot) di wilayah Sumatera. Dari jumlah tersebut, 5 titik panas berada di wilayah Riau, tepatnya di Kampar (2 titik), Kuantan Singingi (1 titik), Indragiri Hilir (1 titik) dan Kota Dumai (1 titik).
Yudhistira mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca panas dan menjaga kesehatan tubuh dengan mencukupi kebutuhan cairan.
"Meski belum ada peringatan dini cuaca ekstrem, masyarakat diimbau untuk tetap berhati-hati saat beraktivitas di luar ruangan, terutama pada siang hari ketika suhu udara mencapai puncaknya," katanya.
BMKG Riau juga mengingatkan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas pembakaran lahan, mengingat kondisi udara yang masih kering di beberapa wilayah berpotensi memicu kebakaran hutan dan lahan (karhutla).