JAKARTA (RA) - Jepang tengah menghadapi lonjakan kasus penyalahgunaan cairan vape berisi obat penenang yang dikenal sebagai "zombie cigarettes", terutama di wilayah selatan.
Pemerintah memperingatkan potensi penyebaran ke seluruh negeri seiring meningkatnya kasus yang melibatkan remaja.
Hingga akhir September 2025, sebanyak 10 orang mayoritas remaja dan dewasa muda ditangkap di Okinawa karena kedapatan memiliki etomidate, zat sedatif yang biasa digunakan untuk induksi anestesi di luar Jepang.
Sejak Mei 2025, Jepang telah menetapkan etomidate sebagai narkotika terlarang.
Pada Oktober 2025, polisi menangkap Yuto Agarie, yang diduga sebagai pemimpin sindikat pengedar narkoba, setelah menemukan 63,84 gram cairan mengandung etomidate di rumahnya di Urasoe.
Dilansir dari CNNIndonesia, Polisi menduga kelompok ini menjadi pemasok utama zombie cigarettes di Okinawa.
Penyalahgunaan etomidate dapat menyebabkan hilang kesadaran, kehilangan kendali tubuh, hingga kejang. Pemerintah Jepang telah melarang penggunaan, kepemilikan, hingga impor zat tersebut.
Menurut sumber investigasi, cairan vape itu dipasarkan melalui aplikasi pesan dan diedarkan lewat media sosial. Etomidate diisap memakai perangkat vape dalam bentuk cairan beraneka rasa untuk menyamarkan kandungannya.
Kasus lain mencuat pada Agustus dan September 2025, ketika tiga warga negara China berusia 20-an ditangkap di sekitar Tokyo.
Mereka menyelundupkan sekitar 100 gram etomidate dari India melalui Singapura, kemudian mengubahnya menjadi cairan, mengemasnya dalam kartrid, dan menjualnya di wilayah metropolitan Tokyo.
Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) sebelumnya melaporkan bahwa etomidate dan turunannya mulai banyak beredar di pasar gelap Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk China.
"Kami awalnya mengira peredarannya hanya lokal di Jepang, tetapi investigasi menunjukkan pasar etomidate mulai muncul di negara ini," ujar salah satu sumber investigasi.
Pemerintah Jepang kini meningkatkan pengawasan untuk mencegah perluasan fenomena zombie cigarettes yang dikhawatirkan dapat memicu krisis narkotika baru di negara tersebut.