PEKANBARU (RA) - Komisi III DPRD Kota Pekanbaru mengaku miris melihat adanya sekolah yang masih berdindingkan kayu dan sangat tidak layak berdiri di Kota Pekanbaru. Maka DPRD akan mengawal agar pada tahun 2017 nanti, anggaran perbaikan sekolah terealisasi dengan baik.
"Kita prihatin, ternyata masih ada sekolah di Pekanbaru yang kondisinya memprihatinkan, tentu ini menganggu aktivitas belajar mengajar siswa," kata Wakil Ketua Komisi III DPRD Kota Pekanbaru yang membidangi pendidikan, H Zulkarnain SE MSi, Selasa (15/3/2016).
Dijelaskannya, atas kondisi ini agar Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tanggap dan tidak beralasan berkutat di anggaran. Karena persoalan sekolah ini sangat mendasar untuk SDM Kota Pekanbaru bermutu.
"Aapalagi ini pendidikan yang akan menentukan masa depan negeri ini kedepan. Maka kami Komisi III akan segera turun untuk meninjau SDN 47 Sialang Bungguk untuk memastikan apa-apa saja yang diperlukan sekolah. Nanti kita akan kawal anggarannya di 2017," pungkas Zulkarnain.
Seperti diberitakan sebelumnya, kondisi SD Negeri 47 Pekanbaru yang beralamat di Jalan Sialang Bungkuk Pekanbaru, kondisinya sangat memperhatinkan. Ruang belajar yang nyaman seharusnya dinikmati oleh siswa, ternyata tidak dirasakan oleh sebagian siswa di sekolah tersebut.
Hasil pantauan, dari 7 ruang kelas yang digunakan untuk belajar, dua diantaranya kondisinya tidak layak dijadikan lokal. Ruang belajar yang berukuran 3 x 4 meter dengan tinggi 3 meter ini terbuat dari kayu papan bekas dinding pagar sekolah.
Ruang belajar berisikan 25 siswa kelas IV itu harus duduk sempit-sempitan. Sementara satu lokalnya lagi bekas kantin sekolah dijadikan ruang kelas yang kondisinya sama, siswa juga harus belajar dengan kondisi yang sempit-sempitan.
Tak hanya itu, ruang majelis gurunya pun jauh dari kesan layak. Ruang yang memakai bekas rumah penjaga sekolah itu diatur sedemikian rupa agar bisa dipakai menjadi ruang majelis guru, ruang kepala sekolah dan unit kesehatan sekolah (UKS). Saking sempitnya, tak semua guru tertampung di ruangan tersebut.
Sekolah yang pernah mendapat bantuan rehab empat tahun lalu belum bisa memenuhi faktor kenyaman belajar siswa yang jumlahnya mencapai 352 orang. Sementara itu, ruang UKS yang ada di sekolah tersebut juga tak jauh berubah dibanding tahun 2013 lalu. UKS masih berada di bekas toilet yang akses masuknya hanya ditutupi selembar tirai sederhana. Bahkan satu ranjang yang ada di UKS itu diletakkan tepat di atas bekas kakus.
Pustakanya tak kalah memprihatinkan. Pihak sekolah memanfaatkan celah kosong yang ada di antara kelas satu dengan kelas lainnya. Lebarnya sekitar semeter. Panjangnya sekitar enam meter dengan nama pustaka mini.
Kepala SDN 47, Nurlaili SPd menjelaskan, pemanfaatan celah antarbangunan untuk dijadikan pustaka adalah pilihan terakhir. Karena ruangan yang bisa dipakai untuk pustaka tidak ada lagi.
"Ya akhirnya kami pakai di situ saja. Yang penting ada perpustakaan," kata Nurlaili, saat dikunjungi di sekolahnya, belum lama ini.
Dia mengakui, masih ada kelas yang belum memenuhi standar efektifitas untuk proses belajar mengajar. Karena terlalu sempit dan kondisinya kurang memadai.
Sejauh ini, upaya mendapat bantuan gedung baru sudah dilakukan Nurlaili sejak tahun 2014 lalu. Namun, jawaban yang ia terima, pengajuan belum bisa dipenuhi dengan alasan pemerintah belum ada anggaran. Akhirnya, ia hanya bisa bersabar. Apalagi alasannya memang masalah anggaran yang tak ada.
Tahun 2016 ini ia juga mendapat jawaban dari Dinas Pendidikan kota Pekanbaru bahwa belum ada anggaran untuk perbaikan SD. Nurlaili berharap, di tahun 2017 anggaran itu sudah ada. Sehingga, bangunan sekolahnya bisa diperbaiki.
Laporan : RIK