Riauaktual.com - Tulisan ini mungkin sedikit terlambat. Apalagi euforia medali makin tenggelam dengan berita pandemi. Yang saban hari terus meningkat. Meski beragam kebijakan dilakukan atas nama pengendali.
Namun, saya kira ingin sedikit mencurahkan narasi. Tentang si Anthony Sinisuka Ginting. Yang menang begitu menawan, penuh gairah menumpaskan lawan. Si pria gaek asal Guatemala. Yang mengejutkan semua publik badminton. Usai berjuang hingga semifinal. Yang belakangan dia semakin dielu-elukan.
Ginting, setidaknya itu yang tertulis di baju yang ia kenakan setiap kali bertanding. Berhasil menggondol medali pertamanya, perunggu. Di Pesta Olahraga tertua dunia, Olimpiade, di Tokyo, kemarin.
Begitu besar euforia. Begitu banyak sanjungan. Terutama kepada ketiga atlet bulu tangkis Indonesia itu. Ginting, dan duo wanita Gresya serta Apri. Khusus dua nama terakhir sudah terlalu banyak ulasan disematkan.
Ginting juga begitu, cukup banyak sanjungan. Tak kalah meriah dengan Gresya dan Apri. Yang secara tahta, medalinya lebih "berada". Emas. Sementara Ginting, dua tingkat di bawah mereka, perunggu. Tapi saya akui, hebat sekali. Untuk ukuran olahraga dengan tingkat persaingannya begitu ketat itu.
Ginting, pemuda berdarah Karo itu lahir di Cimahi, 1996 silam. Rasanya dia lebih fasih berbahasa sunda dibandingkan tanah nenek moyangnya.
Bagi saya, Ginting ini benar-benar mewakili pria Indonesia. Pria dengan para tampang pas-pasan. Berbeda dengan Jojo, secara awam saya menilai tampangnya lebih keren. Dikagumi banyak wanita. Bahkan sebagian pria.
Kalau kita ingat zaman sekolah dahulu. Rasanya sesuatu sekali ketika teman kita, dengan tampang Pertamax. Dikagumi banyak siswi ABG nan labil. Sementara kita, kalian, mayoritas bertampang minyak tanah hanya dianggap angin lalu.
Tapi tidak mengapa. Karena pria bertampang keren, berpakaian jas dan mengenakan dasi kerja kantoran itu hanya opa korea.
Justru Ginting ini benar-benar mewakili kaum pria tampang pas-pasan. Tanpa mengkerdilkan perjuangan Jojo, tapi, terimakasih Ginting.
Ginting itu lebih sederhana. Begitu juga sikapnya, juga sederhana. Termasuk juga dengan caranya bermedia sosial, sederhana.
Entah kenapa, saya melihat atlet Indonesia yang tidak terlalu narsis di Medsos itu lebih berprestasi. Lihat saja Kevin dan Gideon. Hendra dan Ahsan. Lalu Gresya dan Apri. Begitu juga, dan tentunya kawan kita semua, Ginting.
Mungkinkah lebih kalem mereka di Medsos, jadi waktu untuk latihan dan istirahat cukup? Tidak terlalu terbuang energi tak penting untuk melihat komentar-komentar netizen. Mungkin saja? Buktinya mereka begitu cemerlang.
Yang kurang cemerlang? nilai sendiri saja.
Sekali lagi. Selamat Ginting. Para pria yang lahir tahun 90 an dan dengan tampang pas-pasan mengucapkan terimakasih. Telah mewakili kami dengan prestasi.
Penulis : Anggi (Tukang pel lapangan Badminton)