PEKANBARU (RA) - Provinsi Riau pernah bertekad menjunjung tinggi integritas lewat pembangunan Tugu Antikorupsi pada tahun 2016.
Namun, semangat itu kini terasa ironis setelah empat Gubernur Riau justru terseret kasus korupsi, termasuk yang terbaru, Abdul Wahid, yang belum genap setahun menjabat.
Tugu Antikorupsi berdiri megah di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tunjuk Ajar Integritas, Kota Pekanbaru. Tugu setinggi tujuh meter itu dibangun oleh Pemerintah Provinsi Riau bertepatan dengan peringatan Hari Antikorupsi Sedunia 2016, sebagai simbol komitmen daerah dalam memerangi praktik rasuah.
Namun, pesan moral dari tugu tersebut tampaknya gagal menahan perilaku koruptif para pemimpin daerah. Dalam dua dekade terakhir, empat Gubernur Riau telah tersandung kasus korupsi.
Kasus pertama menimpa Saleh Djasit, yang divonis bersalah pada 2003 atas kasus pengadaan mobil pemadam kebakaran dengan kerugian negara mencapai Rp4,7 miliar.
Selanjutnya, Rusli Zainal, Gubernur dua periode, dijatuhi hukuman 14 tahun penjara dalam kasus korupsi PON XVIII Riau dan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu tanaman pada 2013.
Kemudian, Annas Maamun menyusul setelah terbukti menerima suap terkait alih fungsi hutan di Riau. Ia divonis tujuh tahun penjara oleh Pengadilan Tipikor.
Teranyar, Abdul Wahid, Gubernur Riau aktif yang baru menjabat delapan bulan, ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK setelah terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) pada Senin (3/11/2025).
Dalam OTT itu, penyidik KPK menyita uang tunai senilai Rp1,6 miliar, yang diduga berasal dari fee proyek jalan dan jembatan di Dinas PUPR-PKPP Riau.
Selain Abdul Wahid, KPK juga menetapkan Kepala Dinas PUPR Riau Arief Setiawan dan Tenaga Ahli Gubernur M. Nursalam sebagai tersangka. Ketiganya diduga menerima setoran dengan kode "7 batang" dari para rekanan proyek.
Fenomena ini memicu keprihatinan publik, termasuk kalangan akademisi. Saiman Pakpahan, dosen Universitas Riau, menilai maraknya korupsi kepala daerah di Riau menjadi tamparan moral bagi masyarakat.
"Korupsi oleh kepala daerah, apalagi seorang gubernur, adalah pukulan moral bagi masyarakat Riau. Pembangunan simbol seperti Tugu Antikorupsi belum menyentuh nilai moral para pemimpinnya," ujar Saiman, Kamis (6/11/2025).
Dengan empat gubernur terjerat korupsi, publik pun mempertanyakan efektivitas komitmen antikorupsi yang selama ini digaungkan.
Kini, Tugu Antikorupsi justru sering disebut warga sebagai "tugu peringatan kegagalan moral pemimpin Riau" ketimbang simbol integritas.