Riauaktual.com - Serangkaian bom terjadi melanda Ahmedabad, Gujarat, India, pada 26 Juli 2008. Dalam rentang waktu 60 menit, terhitung ada 21 rangkaian ledakan bom terjadi. Akibat serangkaian ledakan bom tersebut, sebanyak 56 orang tewas dan lebih dari 200 orang lainnya mengalami luka-luka. Peristiwa meledaknya serangkaian bom ini kemudian dikenal dengan ‘Pemboman Ahmedabad 2008’.
Serangkaian ledakan yang terjadi di jantung budaya dan komersil di negara bagian Gujarat itu sebenarnya memiliki daya ledak rendah, mirip dengan serangan di Bangalore, Karnataka, yang terjadi sehari sebelumnya.
Dilansir Telegraph UK, serangan teroris di Ahmedabad saat itu termasuk yang terburuk. Bom-bom ditanam di ruang publik hingga menyebabkan korban yang banyak dalam durasi ledakan yang cepat.
Serangkaian bom itu diledakkan di tengah-tengah bazar yang ramai, di lingkungan padat, serta rumah sakit. Dalam waktu kurang lebih satu jam, total korban tewas terhitung mencapai 56 orang. Sementara lebih dari 200 orang lainnya terluka, termasuk banyak perempuan dan anak-anak.
Diketahui bahwa seluruh bom dibuat dari amonium nitrat dan kemudian dikemas dengan bantalan bola untuk memaksimalkan kekuatan destruktifnya. Kemudian, bom-bom tersebut diikatkan ke sepeda dan motor. Beberapa lainnya disembunyikan di bawah kursi bus umum yang padat penumpang. Seluruh bom tersebut, kemudian, diledakkan menggunakan pengatur waktu.
Beberapa kantor berita melaporkan menerima surat elektronik (surel) sebanyak 14 halaman lima menit sebelum ledakan, yang berjudul “5 menit menunggu pembalasan dendam Gujarat”. Surel itu dikirim oleh kelompok yang dikenal sebagai Mujahidin India pada 26 Juli sekitar pukul 18.41 waktu setempat.
Sebagaimana dilansir The Times of India, konten dari surel peringatan serangan tersebut berbunyi: “Dalam nama Allah, Mujahidin India menyerang lagi! Lakukan apa pun yang kalian bisa, dalam 5 menit dari sekarang, rasakan teror Kematian!”.
Surel itu juga berisi ancaman terhadap Ketua Menteri Maharashtra, Vilasrao Deshmukh, dan wakilnya, R. R. Patil. Selain itu, juga ada ancaman terhadap beberapa pengusaha dan aktor Bollywood.
Namun demikian, kelompok militan Islam lainnya bernama Harkat-ul-Jihad-al-Islami juga mengaku bertanggung jawab atas serangan di Ahmedabad. Badan intelijen India meyakini bahwa dua ledakan yang terjadi di Bangalore dan Ahmedabad dieksekusi oleh jaringan fundamentalis Wahabi yang menyamar sebagai Mujahidin India.
Setelah melalui investigasi yang panjang, kepolisian Gujarat menangkap otak dari serangan serangkaian bom tersebut, yakni Mufti Abu Bashir. Ia ditangkap bersama dengan sembilan pelaku lainnya yang terkait dengan serangan bom.
Seperti diketahui, aksi pemboman di Ahmedabad ini terjadi sehari setelah ledakan di Bangalore dan sehari sebelum ledakan bom di negara bagian Jharkhand, India.