JAKARTA (RA) - Industri kelapa sawit dinilai memiliki peran strategis dalam menopang berbagai aspek ketahanan nasional, mulai dari ketahanan pangan, energi, ekonomi, hingga lingkungan.
Peran tersebut menjadikan sawit bukan sekadar komoditas unggulan, tetapi juga fondasi penting pembangunan berkelanjutan Indonesia.
Hal itu ungkapkan Direktur Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), Tungkot Sipayung, dalam buku Mitos vs Fakta Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global edisi keempat yang terbit pada 2023.
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa industri sawit telah berkembang menjadi sektor strategis yang mampu menjawab tantangan global, baik dari sisi kebutuhan pangan, energi, pertumbuhan ekonomi, maupun perlindungan lingkungan.
Dari aspek ketahanan pangan, industri sawit menghasilkan beragam produk berbasis biomassa dan minyak sawit yang digunakan secara luas dalam industri makanan.
Minyak sawit menjadi salah satu minyak nabati paling penting di dunia, dengan sekitar 70 hingga 90 persen perdagangan globalnya dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan. Bahkan, lebih dari separuh produk pangan kemasan yang beredar di supermarket dunia mengandung minyak sawit.
Kontribusi ini menunjukkan peran sawit dalam menjaga ketersediaan pangan, keterjangkauan harga, serta keberlanjutan pasokan secara sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Selain pangan, industri sawit juga menjadi tulang punggung ketahanan energi. Sawit menghasilkan berbagai bentuk bioenergi terbarukan, mulai dari bioenergi generasi pertama hingga generasi ketiga, yang berpotensi besar menggantikan energi fosil.
Selama kebun sawit terus memanen energi matahari melalui proses fotosintesis, produksi bioenergi ini dapat berlangsung secara berkelanjutan. Keunggulan energi hijau berbasis sawit membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada impor energi fosil dan memperkuat kemandirian energi nasional.
Sebaran perkebunan sawit yang luas di berbagai daerah juga memberikan nilai tambah bagi ketahanan energi wilayah.
Bioenergi sawit dapat diproduksi dan dimanfaatkan lebih dekat dengan pusat kebutuhan, sehingga meningkatkan efisiensi distribusi dan keterjangkauan energi. Ketahanan energi daerah yang kuat pada akhirnya akan memperkokoh ketahanan energi nasional secara keseluruhan.
Dari sisi ketahanan ekonomi, perkebunan kelapa sawit berperan sebagai lokomotif pembangunan yang mendorong pertumbuhan ekonomi secara inklusif. Industri ini menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, serta menggerakkan sektor-sektor ekonomi lain, khususnya di wilayah pedesaan.
Kehadiran sawit juga memunculkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang berkontribusi terhadap pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sementara itu, kontribusi industri sawit terhadap ketahanan lingkungan semakin mendapat perhatian. Industri ini berperan dalam konservasi siklus hidrologis, penyediaan energi ramah lingkungan, mitigasi perubahan iklim, serta dukungan terhadap pelestarian keanekaragaman hayati.
Perkebunan sawit berfungsi sebagai penyerap karbon, meningkatkan stok karbon lahan, serta menyediakan energi terbarukan dengan emisi yang lebih rendah dibandingkan energi fosil. Selain itu, minyak sawit juga menghasilkan pangan dengan emisi yang relatif lebih rendah dibandingkan minyak nabati substitusi.
Perkembangan teknologi dan tata kelola rantai pasok yang semakin baik turut memperkuat peran sawit dalam menurunkan emisi dan meningkatkan serapan karbon bersih.
Dengan berbagai kontribusi tersebut, industri kelapa sawit dinilai terus menunjukkan peran strategisnya dalam menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan.
