4 Kehebatan Rempah Indonesia yang Semakin Terlupakan

4 Kehebatan Rempah Indonesia yang Semakin Terlupakan
Ilustrasi rempah-rempah.
EKONOMI (RA) - Indonesia dikenal sebagai negara agraria. Melalui hasil pertaniannya, Indonesia pernah diperhitungkan dalam kancah perekonomian dunia. Salah satu hasil bumi Indonesia yang terkenal ialah rempah-rempah.
 
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, menceritakan mengenai sejarah rempah-rempah Indonesia yang menjadi unggulan pada awal abad ke 19. Hal ini membuat Indonesia menjadi buruan negara Eropa untuk mengeruk hasil rempah-rempahnya.
 
"Semua itu memang jauh sebelum (impor) pangan menjajah. Kita sudah punya rempah-rempah yang namanya pala, kemudian cengkeh. Bahkan negara kita dicari-cari letaknya oleh orang-orang Eropa berabad-abad yang lalu karena mereka mau mencari komoditi unggulan kita," kata Menko Darmin di Fairmont Hotel, Jakarta.
 
Tetapi ironinya, satu persatu hasil bumi Indonesia tersebut terjajah dan harus mengalami pasang surut harga. Bahkan, rempah-rempah tidak lagi bisa diandalkan dalam memacu kesejahteraan rakyat.
 
"Kalau kita pergi ke Ternate, Ambon kita lihat pohon pala, Sulawesi ada Cengkeh, tetapi dia tidak berpengaruh pada kesejahteraan rakyat," tuturnya.
 
Di tulisan ini, merdeka.com akan merangkum sejumlah kehebatan yang pernah disematkan pada komoditas rempah rempah Indonesia. Ini tentu menjadi potensi untuk menggenjot perekonomian. Mengingat bisnis makanan tidak pernah padam.
 
1.Harga rempah setara emas batangan
 
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rempah terbesar di dunia. Kedigdayaan komoditas ini terjadi pada abad ke-17.
 
Rempah menjadi komoditas utama dan paling berharga pada perdagangan saat itu. Salah satu contohnya ialah harga cengkeh hampir setara dengan emas batangan.
 
Namun, Indonesia saat ini justru menganaktirikan perkembangan komoditas ini. Harapan rempah menjadi penunjang kesejahteraan petani dinilai pemerintah masih jauh panggang dari api.
 
2.Pala Indonesia pasok 60 persen kebutuhan dunia
 
Dilansir dari situs deptan.go.id, salah satu komoditas utama ekspor Negara Indonesia adalah buah Pala. 60 persen kebutuhan pala dunia dipasok dari Indonesia.
 
Tanaman ini sudah berumur lebih dari 100 tahun dan sudah menyebar ke daerah-daerah lain di seluruh Indonesia. Bahkan sudah sampai di Grenada, Amerika Tengah, Asia dan Afrika.
 
Wilayah penghasil utama buah pala yakni berada di Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, NAD, Jawa Barat dan Papua.
 
Pada abad ke-16, pala dipercaya oleh penduduk London sebagai obat bagi segala penyakit. Pada saat itu harga pala jauh lebih mahal dan berharga dibanding emas.
 
3.Pulau penghasil rempah sampai ditukar dengan wilayah di AS
 
Merdeka.com - Tahukah Anda bahwa dahulu terdapat sebuah pulau di wilayah timur Indonesia yang ditukar dengan wilayah Manhattan di New York? Pulau yang ditukar ini adalah sebuah pulau penghasil rempah bernama pulau Run.
 
Pulau Run merupakan sebuah pulau kecil di wilayah perairan Banda. Pada masa awal penjajahan, tepatnya pada abad ke-17 pulau ini merupakan pulau paling berharga di wilayah Nusantara. Pulau ini merupakan pulau utama penghasil pala yang merupakan komoditas dagang paling mahal di seluruh dunia.
 
Melalui perjanjian Breda pada tahun 1667, Belanda dan Inggris melakukan pertukaran daerah jajahan. IEC atau Inggris menukar wilayah pulau Run mereka dengan Manhattan yang ketika itu dikuasai oleh Belanda.
 
Sekarang setelah beberapa abad berlalu, pulau Run seolah terlupakan dan menjadi sebuah daerah yang miskin dan tertinggal. Sedangkan Manhattan kini menjadi salah satu kota terbesar di dunia dengan segala kemewahannya. Kini masa kejayaan pala telah usai dan pulau Run hanyalah sebuah titik yang sulit ditemukan dalam peta.
 
4.Obat tradisional China yang terkenal bahan bakunya rempah Indonesia
 
Negara China dikenal dengan pengobatan alternatifnya yang banyak memakai cara dan obat tradisional. Walau kaya ilmu kesehatan, ternyata negeri itu juga melakukan impor bahan baku obatnya dari Indonesia.
 
Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Endah Murniningtyas menuturkan, adapun bahan obat yang mereka ambil dari Indonesia adalah bahan baku jamu. Kondisi ini ternyata tidak pernah disadari pemerintah.
 
"China itu menciptakan jamu tradisional mereka bahan bakunya sebagian diimpor dari sini (Indonesia)," kata Endah.
 
Dia menambahkan, bukti besarnya kontribusi keanekaragaman hayati untuk perekonomian Indonesia cukup besar. Pihaknya mencatat total keanekaragaman hayati dan ekosistem pada 2012 tembus Rp 3.000 triliun.(merdeka.com)
 
 
 
 
 
 
 
 

Berita Lainnya

index