Riauaktual.com - Sabtu (27/1) usai sholat berjamaah di masjid Agung Sultan Syarif Hasyim komplek Islamic Center Siak, ramai orang-orang menjajakan panganan ringan atau jajanan sarapan di pekarangan masjid.
Meski baru pertama dimulai tampak para pengunjung dan jamaah sholat subuh mengantri untuk membeli sarapan khas negeri Istana.
Saat itu terlihat banyak pengunjung dari luar Siak. Ada yang datang dari Jambi, Medan, Sumbar dan rombongan alumni SMPN 1 Siak. Biasanya para pengunjung datang untuk wisata religi, sebab kata orang-orang Siak Sri Indrapura memiliki aura positif yang kuat, mungkin disebabkan para Sultan terdahulu adalah orang-orang alim.
Kuliner subuh ini didominasi oleh penjual berbagai jenis kue-kue tradisional khas orang melayu. Salah seorang penjual kue yang tidak mau disebutkan namanya mengaku sangat senang karena dagangannya cepat habis. Tadinya ia khawatir kalau-kalau kue yang dijualnya tidak laku.
Saat itu tampak juga Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi bersama Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Siak, Hendrisan serta Camat Siak Aditya. mereka terlihat senang dan bersemangat melihat ramainya masyarakat yang menjajakan makanan di subuh itu.
"Inilah salah satu bentuk ekonomi kreatif, pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Manfaatkan peluang yang ada. Tak payah awak nak cari sarapan jauh-jauh lagi do, siap sholat ni dah ado orang-orang berjualan kat halaman masjid ni,” cakap Syamsuar dengan logat melayunya.
Dia menyebutkan, usaha ini bisa menambah penghasilan keluarga, selain mengajak masyarakat untuk beribadah ke masjid.
Kedepan kata dia, Pemkab Siak akan menertibkan dan menata dengan baik para pedagang kuliner subuh tersebut, sehingga bisa dijadikan objek wisata yang menarik khas orang Siak.
"Jangan lupa, jajanan tersebut dibuka usai sholat subuh hingga pukul 09.00 pagi jangan sampai tidak kebagian. Tentunya harus sholat subuh dulu di masjid ya," pesan Syamsuar.
Sementara, Kadis Pariwisata Hendrisan kepada wartawan mengatakan, keberadaan destinasi wisata pada suatu daerah tentunya punya faktor pendukung untuk menarik perhatian pengunjung. Ekonomi kreatif (ekraf) adalah salah satu faktor tersebut.
"Sebab komunitas ekonomi bawah merupakan masyarakat lokal yang harus mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah setempat. Kedepan kami bekerja sama dengan dinas terkait akan membuat gerobak yang seragam untuk para pedagang tersebut. Nanti juga akan kami data para pedagangnya dan selanjutnya akan diarahkan untuk menjual panganan khas Siak," sebutnya.
Dia juga menyebutkan, saat ini pihaknya tengah mempersiapkan kabupaten Siak sebagai salah satu tujuan wisata halal. Hal ini dikatakannya sangat membantu para wisatawan yang datang sehingga mereka jadi tahu halal tidaknya makanan tersebut.(jas/hms)
