Riauaktual.com - Sudah hampir satu bulan ini masyarakat merasa sulit untuk mendapatkan gas 3 kilogram. Kelangkaan yang terjadi ini bukan disebabkan pasokan gas yang berkurang. Tetapi ada dugaan gas tersebut diperjual belikan kembali oleh pangkalan kepada pengecer hingga pelaku usaha.
Untuk membuktikan dugaan adanya permainan pangkalan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Pekanbaru bersama pertamina, Senin (6/11) melakukan inspeksi mendadak (sidak) kesejumlah tempat usaha serta pengecer.
Dari sidak tersebut, ditemukan pelaku usaha warung makan hingga cafe yang masih menggunakan gas elpiji 3 kg. Padahal sesuai aturan, peruntukan gas ini untuk masyarakat ekonomi menengah kebawah.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Disperindag Kota Pekanbaru, Mas Irba Sulaiman mengakui jika pihaknya menemukan belasan gas bersubsidi digunakan pihak rumah makan simpang tiga Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya dipersimpangan Jalan Unggas.
"Kita sudah beri teguran kepada pemilik untuk tidak lagi menggunakan LPG 3kg. Disamping itu kita juga berikan teguran pertama," ujarnya.
Setelah diberikan penjelasan oleh pihak Disperindag maupun Pertamina, bahwasanya pengusaha yang omsetnya diatas Rp 1 juta perhari, dilarang menggunakan gas bersubsidi. Akhirnya pemilik rumah makan mengaku mengerti dengan penjelasan yang disampaikan.
Belum lepas rasa terkejut, Irba kembali menemukan belasan tagung gas LPG 3 kg dikedai kopi Bengkalis yang beralamat di jalan Soekarno Hatta.
"Disana kita juga memberikan tuguran kepada pemilik untuk tidak lagi menggunakan gas bersubsidi," tambahnya.
Selanjutnya, tim juga mengunjungi restoran pecel lele “Cak Rohim” yang berada di jalan Soebrantas. Disana dan dijumpai 23 tabung gas LPG 3kg yang ditumpuk dibelakang tepatnya dapur.
"Terhadap pelaku usaha ini, kita berikan peringatan terakhir. Pasalnya, satu bulan yang lalu kita berikan edaran untuk tidak menggunakan LPG 3kg serta kita kirimkan surat ke DPM-PTSP untuk izinnya ditinjau ulang karena tidak lagi statusnya usaha mikro. Jika mereka masih membandel, bisa jadi izin usaha mereka kita cabut," tegasnya.
Ditempat yang sama Sales Eksekutif Pertamina, Adi Bagus Haqqi, ketika di wawancara mengaku penyaluran gas 3 kilogram yang dilakukan pihak Pertamina saat ini sudah cukup bagi masyarakat.
"Pada dasarnya sebenarnya dari penyaluran elpiji 3 kilo yang ada sekarang ini, sebenarnya di nilai cukup untuk pengguna yang berhak. Tapi kalau selama ini masih ada yang tidak berhak tapi masih ikut menggunakan, seperti tadi, kalau seandainya pengguna besarnya ada di usaha kuliner, dan itu bisa menghabiskan lima tabung dalam sehari. Kalau seandainya ada 10 tempat, berarti sudah 50 tabung. Selama satu bulan itu kurang lebih 1.500 tabung. 1500 tabung itu kurang lebih hampir tiga truk elpij 3 kilo. Bayangkan saja, itu sebenarnya bisa digunakan untuk penguna-pengguna yang berhak. Penyaluran yang ada sekarang ini cukup. Asalkan penggunanya ini tepat, bahwa yang berhak saja yang menggunakan. Jadi harus ada semacam gerakan sadar subsidi," ungkap Adi.
Ketika disinggung sanksi tegas yang diterapkan pada pelaku usaha yang masih membandel, dikatakan Adi, pihaknya akan memberikan teguran hingga pencabutan izin usaha, yang mana dilakukan oleh instansi terkait.
"Kalau ditempat usaha-usaha kuliner, yang kami harapkan, makanya ada gabungan dari teman-teman Disperindag, bahwa bisa ditinjau, bisa di evaluasi kembali usaha kulinernya. Kalau seandainya selama ini ada pembaharuan atau perpanjangan izin, itu harus ada semacam kesepakatan atau MoU. Izin itu dikeluarkan, harusnya tidak menggunakan gas 3 kilo. Pengguna harus diingatkan, kalau seandainya ada pemberian sanksi, mungkin bisa dicabut atau ditinjau ulanglang," jelas Adi. (yan)
