Riauaktual.com - Dalam sidang khusus Dewan Keamanan PBB yang fokus membahas uji coba nuklir Korea Utara pada 28 November, Menlu AS Rex Tillerson menegaskan posisi AS dalam perundingan dengan negara pimpinan Kim Jong Un itu.
Tillerson mengatakan, Korea Utara harus memilih antara melucuti program senjata nuklir "tidak sah" atau terus menjerumuskan warganya sendiri ke dalam kemiskinan dan isolasi.
Namun, dalam kesempatan itu Tillerson tidak mengulangi tawarannya awal pekan ini bahwa Amerika "bersedia melakukan pertemuan tanpa prasyarat”.
"Seperti yang saya katakan awal pekan ini, Korea Utara mesti menghentikan prilakunya yang terus-menerus mengancam, sebelum perundingan dimulai. Korea Utara harus memperlihatkan perilaku yang baik sebelum kembali ke meja perundingan."
Setelah pertemuan Dewan Keamanan PBB Jumat 15 Desember di New York, seorang reporter bertanya kepada Tillerson apakah ada perbedaan antara sikapnya dan Presiden Donald Trump mengenai diplomasi versus tindakan militer.
"Kebijakan presiden atas Korea Utara cukup jelas, dan sama sekali tidak ada yang tidak jelas antara kebijakan presiden dan upaya mencapai kebijakan tersebut," tandas Tillerson.
Duta Besar Korea Utara, Ja Song Nam mengatakan, kepemilikan senjata nuklir oleh negaranya adalah "tindakan pertahanan diri yang tak terelakkan," dan menyalahkan Amerika terjadinya ketegangan di semenanjung Korea.
Namun Sekjen PBB, Antonio Guterres dan pembicara lainnya meminta Korea Utara untuk mematuhi resolusi PBB yang relevan untuk menghindari eskalasi yang tidak disengaja.
“Sudah saatnya untuk membangun kembali dan memperkuat komunikasi, termasuk hubungan antar-Korea dan militer-ke-militer," kata Guterres.
Guterres mengatakan hari Jumat, setiap tindakan militer di semenanjung Korea dapat menimbulkan akibat yang membinasakan dan tidak dapat diduga. (wan)
Sumber: okezone.com
