Riauaktual.com - Harga minyak dunia hari ini mencapai tingkat tertinggi sejak Desember 2014, terangkat oleh dolar Amerika Serikat (USD) yang lemah dan penurunan persediaan minyak mentah AS dalam 10 pekan berturut-turut.
Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (25/1/2018), harga minyak brent sebagai patokan harga minyak internasional berada di level USD71 per barel pada pukul 02.32 GMT, tingkat yang tidak terlihat sejak awal Desember 2014 dan naik 45 sen atau 0,6% dari penutupan sebelumnya.
Sementara, harga minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) naik ke level USD66,32 per barel, juga berada di level tertinggi sejak awal Desember 2014, dan naik 1% dari posisi sebelumnya.
Kedua tolok ukur minyak mentah tersebut naik hampir 60% sejak pertengahan tahun lalu. Dukungan harga minyak juga karena adanya pembatasan pasokan yang dipimpin sekelompok produsen yaitu Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia, yang dimulai tahun lalu dan akan berlangsung sepanjang 2018.
"Saudi dan Rusia terus bekerja sama untuk membicarakan pasar minyak lebih tinggi dan semalam, dua menteri minyak kedua negara mengatakan bahwa mereka juga bekerja sama dalam proyek jangka panjang lainnya," kata Greg McKenna, kepala strategi pasar pada broker berjangka AxiTrader.
"Itu, dan jatuhnya USD, bersamaan dengan penggabungan inventaris lainnya dikombinasikan untuk mendorong (crude) naik," tambahnya.
Administrasi Informasi Energi (EIA) kemarin mengatakan, persediaan minyak mentah AS turun 1,1 juta barel dalam pekan ini menjadi 411,58 juta barel. Hal itu tingkat musiman terendah sejak 2015 dan di bawah rata-rata lima tahun di AS sekitar 420 juta barel.
Di pasar valuta asing, USD mencapai level terendah sejak Desember 2014 terhadap beberapa mata uang utama lainnya. Melemahnya USD sering mengakibatkan pedagang keuangan mengambil investasi keluar dari pasar mata uang dan menjadi komoditas berjangka seperti minyak mentah.
Analis mengatakan, kenaikan harga minyak kemungkinan akan mulai memiliki efek inflasi. "Harga minyak yang lebih tinggi pada akhirnya akan tercermin pada harga konsumen yang lebih tinggi, karena biaya pengangkutan sebagian besar barang akan naik," kata William O'Loughlin, analis investasi di Rivkin Securities Australia.
Menjelang pasar minyak yang umumnya bullish telah menjadi produksi minyak AS yang merayap semakin mendekati 10 juta barel per hari (bpd), mencapai 9,88 juta bph pekan lalu.
Produksi AS telah tumbuh lebih dari 17% sejak pertengahan 2016, dan sekarang setara dengan eksportir utama Arab Saudi. Hanya Rusia yang menghasilkan lebih banyak, rata-rata 10,98 juta bpd pada 2017. (Wan)
Sumber: Sindonews.com
