Riauaktual.com - Justinus Sinaga (40) dan Mulud (63) dua driver taksi online Grab Car yang menjadi korban pembunuhan oleh penumpangnya sendiri. Kedua driver Grab Car ini merenggang nyawa dengan cara yang sama.
Merujuk pada dua kasus pembunuhan tersebut, komplotan pelaku pembunuhan ini berpura-pura sebagai penumpang sebelum melakukan aksinya merampok dan menghabisi nyawa sang sopir.
Sebaliknya, sang driver kehilangan nyawa karena sewa atau penumpang yang menjadi bagian dari penilaian kerja juru mudi dari penyedia jasa (aplikator). Istilah sewa ini sebutan dari sopir angkutan kota (kota) terhadap penumpangnya.
Pola perampokan yang dilakukan pelaku dengan membunuh driver taksi online ini nyaris serupa, mulai dari cara mengincar, tujuan pemesanan, menghabisi dan membuangnya ke hutan. Namun apakah komplotan pembunuh driver taksi online ini merupakan jaringan yang sama atau tidak itu masih dalam penyelidikan polisi.
Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Jawa Barat AKBP Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan motif pelaku pembunuhan driver taksi online yang dibekuk di Bogor ini memiliki kesamaan dengan kasus di Sukabumi. Hanya saja, apakah para pelaku pembunuh berbeda lokasi ini merupakan jaringan yang sama itu masih dipelajari.
"Apakah mereka para pelaku ini merupakan satu jaringan ini yang kami masih selidiki," ujar AKBP Trunoyudo kepada Kriminologi di RS Sartika Asih Bandung, Rabu, 7 Maret 2018.
Trunoyudo menuturkan beberapa kesamaan yang dilakukan pelaku perampokan dan pembunuhan dalam mengincar sasarannya hingga menghabisi driver taksi online. Cara komplotan ini menghilangkan jejak pun sama, yakni membuangnya ke hutan.
"Sama modusnya, pesan dulu taksi online lalu mengikat, membunuh dan membuang di tempat sepi di kawasan hutan," jelasnya.
Justinus ditemukan tewas di hutan dengan tangan dan kaki terikat di lereng Gunung Halimun Salak, Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, pada Senin 5 Maret 2018.
Sedangkan Mulud ditemukan tewas di semak-semak wilayah perkebunan Jalan Raya Cikotok Lampungharja, Kampung Naringgul, Desa Cikakak, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Senin, 25 Desember 2017. Korban dibunuh di dalam mobilnya saat berada di wilayah perkebunan teh Leuwiliang, Bogor.
Para pelaku pembunuh driver taksi online ini jumlahnya lebih dari tiga orang, dengan masing-masing memiliki peran berbeda. Pelaku pembunuh Justinus berjumlah 7 orang.
Lima di antaranya telah tertangkap dan ditetapkan sebagai tersangka. Dan dua pelaku lainnya masih dalam pengejaran. Sedangkan kasus pembunuhan Mulud telah tertangkap pelakunya berjumlah empat orang.
Baik Justinus dan Mulud sama-sama mengambil order yang masuk ke telepon selulernya dengan tujuan jauh. Justinus mengambil penumpang ke lokasi Gunung Gede Halimun, sedangkan Mulud ke daerah kampung Cigudeg, perbatasan Bogor dan Banten.
Dari keterangan S, kerabat Justinus menunjukkan kalau driver taksi online ini sudah curiga dengan mengirimkan pesan share location kepada S yang menginformasikan dirinya berada di daerah Gunung Gede Halimun, Bogor.
Hal yang sama juga dilakukan Mulud, driver taksi online yang dihabisi penumpangnya. Mulud memberikan kabar kalau dirinya sedang narik ke daerah Bogor. Kabar ini merupakan kontak terakhir Mulud dengan keluargannya, setelah itu telepon Mulud sudah tidak bisa dihubungi.
Fahrul, rekan Justinus sesama driver taksi online mengatakan pihaknya telah menyepakati antar sesama pengemudi taksi online soal jam kerja bahwa apabila ada orderan penumpang di atas jam 22.00 WIB malam lintas daerah seperti tujuan Bogor maka patut dicurigai.
Kecurigaan itu, kata Fahrul, muncul lantaran untuk sampai ke lokasi tujuan itu melintasi beberapa titik rawan. Sehingga, para driver yang biasa berkumpul di Jalan Datuk Kuningan, Beji Pladen itu memutuskan untuk tidak mengambil orderan ke luar daerah Depok.
"Sebenarnya teman-teman di sini juga sudah pada ngerti. Semisal ada orderan di atas jam 10 malam, apalagi nganternya jauh ke Bogor ujung sana ya patut dicurigai, karena kalau sudah jam segitu ya rawan juga. Nah, mungkin si abang ini waktu dapat orderan jam segitu tetap diambil," ujar Fahrul.
Peluang terulang kembalinya kasus perampokan dan pembunuhan terhadap driver taksi online ini sulit dibendung, meski para driver taksi online ini telah membuat kesepakatan untuk menghindari dari aksi kejahatan.
Aplikasi yang belum bisa mendeteksi apakah pengirim order itu penumpang beneran atau penumpang jadi-jadian itu membuat driver taksi online sulit menghindar dari korban kejahatan. Apalagi ancaman kehilangan poin hingga sanksi bagi driver jika memutus (cancel) orderan dari aplikator di depan mata.
Juru mudi taksi online harus memilih satu di antara dua pilihan terburuk, yakni menolak orderan demi terhindar dari kejahatan atau tetap mengambil order dengan risiko keselamatan terancam.
Seperti pepatah,"Bagai makan buah simalakama, dimakan ibu mati tak dimakan ayah mati. Seperti itulah posisi driver taksi online.
Sumber : kriminologi.id
