Dipimpin Mantan CEO Citilink, Pelita Air Bakal Mengudara Lagi

Dipimpin Mantan CEO Citilink, Pelita Air Bakal Mengudara Lagi
Pelita Air. (Foto: Wikipedia)

Riauaktual.com - PT Pertamina (Persero) tengah membenahi tata kelola anak usahanya, PT Pelita Air Service (PAS). Dalam waktu dekat ini, maskapai tersebut diharapkan bisa segera mengudara kembali.

Sebagai langkah awal, para pemegang saham kini tengah melengkapi susunan direksi di Pelita Air Service. Mantan bos PT Citilink Indonesia, Albert Burhan telah ditetapkan sebagai Direktur Utama (Dirut) setelah posisi tersebut vacant alias ko­song hampir dua tahun.

Direktur Sumber Daya Manu­sia Pertamina M. Erry Sugiharto mengungkapkan, para pemegang saham tidak hanya mengangkat Dirut, tetapi juga sudah menun­juk pos penting lain.

“Selain Dirut, pemegang saham mengangkat Direktur Produksi oleh Affan Hidayat dan Direktur Keuangan dan Umum M. Shabran Fauzani,” ujar Erry melalui siaran pers, sebagaimana dilansir dari RM.id. kemarin.

Ia berharap, dengan lengkap­nya struktur direksi tersebut, dapat membantu PAS berlari kencang. Dan, dapat mengawal pengembangan bisnis Pelita ke depannya.

“Pelita akan mulai memasuki bidang penerbangan niaga ber­jadwal, yakni sebagai salah satu maskapai penerbangan nasional,” katanya.

Untuk diketahui, sosok Albert Burhan memang tidak asing lagi di dunia aviasi. Dia pernah men­jabat sebagai Chief Financial Of­ficer (CFO) dan Chief Executive Officer (CEO) Citilink Indone­sia. Selain itu, CEO PT Aero Jasa Cargo, anak perusahaan Garuda di bidang logistik.

Sementara M. Shabran Fau­zani terakhir menjabat sebagai Vice President (VP) Financing Pertamina. Dan sebelumnya per­nah menjabat sebagai Direktur Keuangan dan SDM PT Patra Jasa, salah satu anak perusahaan Pertamina.

Komisaris Utama PT Pelita Air Service, Michael Umbas menilai, pemilihan dirut PAS sudah lama ditunggu. Maklum saja, selama ini jabatan dirut diisi oleh pelaksana tugas (Plt) cukup lama.

“Sosok Albert Burhan sudah sesuai dengan ekspektasi untuk pengembangan bisnis Pelita Air Service ke depan,” kata Umbas dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/10).

Menurut Umbas, tantangan bisnis aviasi cukup berat. Oleh karena itu, manajemen harus diisi figur yang berpengalaman dan visioner untuk membaca peluang dan berani mengambil keputusan di tengah turbulensi pandemi Covid-19.

“Kami sedang melakukan pembenahan total di internal Pelita Air. Karena memang sudah cukup lama di zona nya­man. Antara lain, melakukan audit terkait Good Corporate Governance di semua lini,” ungkap Umbas.

Menurutnya pembenahan total dibutuhkan untuk mem­perbaiki menurunnya kinerja perusahaan selama ini akibat terjadi pelanggaran dan mis-manajemen. Ditegaskannya, sekarang pihaknya hanya akan menjalankan arahan pemegang saham untuk melihat peluang bisnis ke depan.

“Misalnya, potensi untuk terbang berjadwal. Tapi, semua masih dikaji dan dihitung secara cermat oleh Pertamina selaku pemegang saham PT PAS,” ungkapnya.

Di kesempatan berbeda, Staf Khusus (Stafsus) Men­teri BUMN, Arya Sinulingga mengamini pengangkatan Albert Burhan untuk membenahi tata kelola perusahaan agar menjadi lebih baik.

“Kami benahilah supaya ba­gus,” tegasnya, dalam diskusi virtual, Selasa (5/10).

Menanggapi ini, pengamat Aviasi dan Bisnis Penerbangan, Gatot Raharjo menyambut positif hadirnya nakhoda baru di Pelita Air Service. Ia optimistis, pembenahan tata kelola perusa­haan bisa dilakukan karena dipe­gang oleh orang yang tepat.

“Beliau (Albert) kompeten kok, background-nya juga kan memang sudah lama di industri penerbangan,” katanya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia menilai, di bawah kepemimpinan orang yang tepat, bukan mustahil nantinya Pelita Air akan masuk ke penerbangan berjadwal ke depannya. Sebab, sudah lama santer terdengar, bahwa Pelita Air tengah mencari armada tambahan.

“Saya dengar Pelita lagi men­cari 15-20 pesawat jenis A320. Kalau memang arahnya mau buka ke penerbangan berjadwal, ini hal yang bagus,” ungkapnya.

Gatot lalu melihat, sebenarnya Pelita bisa memanfaatkan kondisi pandemi Covid-19 saat ini. Di mana sekarang banyak perusahaan yang meng-grounded-kan pesa­watnya, atau bahkan mengemba­likan armada ke lessor.

Selain itu, sejumlah slot penerbangan juga belum sepenuh­nya dioptimalkan. Bahkan di tengah pandemi ini beberapa maskapai memutuskan berhenti beroperasi sementara.

“Jadi, Pelita bisa manfaatkan situasi sekarang. Harga sewa pe­sawat lagi murah, anjlok sampai 50 persen gara-gara banyak yang grounded,” katanya.

Sedangkan, pangsa pasar penerbangan di Indonesia masih sangat besar. Mengingat, In­donesia merupakan negara kepulauan yang membutuhkan akses udara untuk menjang­kau daerah-daerah yang sulit dilewati melalui jalur darat ataupun laut.

Ia berharap, hadirnya Pelita Air di penerbangan berjadwal, akan membuka pasar baru di Indonesia.

“Kalau bisa buka pasar baru. Jangan (terbang) di pasar yang sudah ada. Makanya, tinggal bagaimana pengaturannya saja dari Kementerian Perhubungan, terkait tarif, slot dan rute, iklim bisnisnya harus baik,” tegasnya.

Ia menambahkan, apabila Peli­ta Air telah memiliki armada dan Sumber Daya Manusia (SDM) seperti pilot, pramugari, teknisi dan lainnya, untuk terbang lagi tidak butuh waktu lama.

“Kalau urus surat-surat (izin operasional) dua bulan juga bisa selesai. Proses yang membuat lama biasanya terkait pengadaan pesawat dan SDM,” pungkas­nya.

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index