Kisah Pelaku Usaha. Bertahan Hidup Ditengah Pandemi Covid-19

Kisah Pelaku Usaha. Bertahan Hidup Ditengah Pandemi Covid-19
Ajo Siman sedang membuat nasi goreng pesanan konsumen.

Riauaktual.com - Di tengah pandemi Covid-19 ini, kondisi perekonomian masyarakat menurun drastis. Semua lini berdampak akibat virus tersebut.

Ditambah lagi adanya pengetatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Untuk berusaha pun menjadi sulit, karena adanya razia serta penyekatan jalan raya yang dilakukan petugas Covid-19.

Berbagai jenis usaha banyak yang tak sanggup bertahan dan pada akhirnya memilih untuk gulung tikar. Hal ini karena berbagai usaha tak berjalan. 

Banyak pembeli kabur akibat sulitnya perekonomian. Ditambah lagi aturan-aturan dalam PPKM yang membuat orang melakukan pembatasan mobilitas. Banyak yang memilih tidak pergi kemana-mana karena jalanan yang disekat dan lain sebagainya.

Akibatnya, malam hari di Pekanbaru tak lagi ramai. Di pusat-pusat kuliner, dan kafe, memang ada pembeli tapi tak seramai sebelum-belumnya.

Warga yang ingin makan malam pun tak bisa lagi menikmati makanan ditempat, hanya bisa dibungkus untuk dibawa pulang.

Ya, beginilah kondisi Kota Madani. Semua sepi dan tak bergairah lagi. Semua pelaku usaha tiarap, diantara penjual pecel lele, bakso dan nasi goreng serta tempat minuman bandrek.

Diantaranya Sutaji. Pria yang menjual minuman seperti bandrek, teh telur serta minuman kesehatan lainnya ini hanya bisa usap-usap keningnya.

Saat ini, mengandalkan sisa tabungan atau berutang ke bank menjadi cara terakhir yang ditempuh pelaku jasa usaha agar bisa bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19 yang tak berkesudahan.

Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung hampir 1,8 tahun memukul industri usaha. Kebijakan pembatasan sosial yang diambil semakin memperparah kondisi pelaku usaha, terutama mereka yang berskala kecil. Bertahan dengan sisa tabungan atau mencoba berutang ke bank menjadi pilihan terakhir agar tetap bisa hidup.

''Ya, beginilah kondisi kami saat ini. Terpukul memang. Tapi mau diapakan lagi. Kami hanya bisa berdoa semoga cobaan ini cepat berlalu,'' kata Sutaji yang membuka usaha kuliner di Jalan Sail, Kelurahan Rejosari, Kecamatan Tenayan Raya ini.

Begitu juga yang dirasakan Maman Gunawan. Pria yang membuka usaha rumah makan ini tak bisa berbuat banyak. 

Dulu sebelum pandemi, kata pria yang akrap disapa Ajo ini, usaha rumah makannya ramai. ''Sehari uang masuk bisa sampai Rp1,5 juta. Kalau sekarang paling tinggi hanya Rp600 ribu. Itu belum masuk modalnya, yang setiap hari hampir mencapai lima ratusan ribu,'' keluhnya.

Saat ini, Indra hanya bisa berdoa semoga wabah pandemi ini cepat berlalu sehingga perekonomian bisa kembali normal.

Sementara Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Pekanbaru, Rizky Bagus Oka mengatakan, di masa pandemi Covid-19, ada beberapa jenis usaha yang memang langsung terdampak. Yang utamanya adalah usaha yang langsung berhubungan dengan konsumen.

Berdasarkan data yang ada, pengusaha yang tergabung di HIPMI, kebanyakan yang paling terdampak itu adalah usaha yang langsung ke konsumen. 

''Contohnya seperti kafe atau restoran. Itu memang paling banyak," jelas Rizky, Ahad (17/10/2021).

Bahkan, beberapa pengusaha memang ada yang sempat tutup beberapa waktu saat diberlakukan PPKM.

"Karena kita bisa lihat juga beberapa tempat di Mal yang ketika Mal tutup ya mereka juga pasti ikut tutup juga. Karena kebijakan PPKM itukan memang dilarang ya. Jadi yang mereka langsung berhubungan dengan konsumen ya konsumen langsung kena. Dan memang Kafe dan restoran yang paling umum terdampak langsung," imbuhnya.

Kemudian usaha yang juga terdampak adalah usaha Clothingan baju, kemudian Even Organizer (EO), kemudian industri-industri yang memang urusannya panggung, showing seperti juga pengusaha sound.

Usaha Wedding juga terdampak. Pokoknya yang berhubungan dengan tempat-tempat ramai. Apalagi kemarin sempat tidak boleh ada acara wedding kan. Kemudian juga para MC dan juga musisi. 

Jika pun ada yang mampu survive, mungkin hanya sekadar bertahan dan melakukan penyesuaian.

"Namun kalau kita bahas lagi yang bener-bener malah naik di masa pandemi ini itu tentu di bidang kesehatan. Yang punya klinik, yang mungkin dulu perlunya mungkin cuma saat sakit, sekarang hampir semua orang ke klinik. Baik untuk berobat ataupun untuk mendapatkan syarat perjalanan. Mulai dari Rapid Test hingga Swab sebagai syarat perjalanan," jelasnya.

Selain itu, saat ini juga banyak suster-suster maupun dokter yang melakukan jasa home servis. Yakni mau datang ke rumah untuk melakukan pemeriksaan, bisnis ini juga cenderung malah naik.

Kemudian juga bisnis kelapa sawit juga tidak ada terdampak. Intinya yang tidak langsung berhubungan dengan PPKM. Industri-industri besar juga aman. Malah seperti gas itu kebutuhannya naik. Jadi ya kalau bisa dibilang, jikapun industri besar terdampak, dampaknya tidal separah industri kecil seperti UMKM.

"Harapan kita kondisi semakin membaik sehingga kita bisa kembali hidup normal," ungkapnya.***

Berita Lainnya

index