70 Tahun Ladang Minyak Duri: Jantung Energi Indonesia yang Terus Berdetak

70 Tahun Ladang Minyak Duri: Jantung Energi Indonesia yang Terus Berdetak
Pekerja PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan saat melaksanakan aktivitas pekerjaan di lapangan minyak Duri, untuk memberikan kontribusi bagi ketahanan energi nasional.

Riauaktual.com - Selama lebih dari tujuh dekade, ladang minyak Duri telah menjadi pusat energi yang vital bagi Indonesia. Ditemukan pada tahun 1941 dan mulai berproduksi tahun 1954, kawasan seluas 67,28 km² di Provinsi Riau ini telah menyumbang lebih dari 2,75 miliar barel minyak mentah, menjadikannya salah satu ladang minyak terbesar dan paling produktif di Indonesia.

Cece Muharam, seorang senior engineer dengan pengalaman puluhan tahun di lapangan Duri, mengungkapkan bahwa penemuan sumur minyak pertama di Duri segera diikuti oleh penemuan-penemuan lain di berbagai area. 

"Ini mengindikasikan adanya cadangan minyak yang besar di lapangan Duri," ujar Cece. Namun, karena Perang Dunia II, aktivitas pemboran sempat terhenti dan baru dilanjutkan kembali setelah Indonesia merdeka.

Pada tahun 1958, infrastruktur seperti jalan, jaringan pipa, dan listrik mulai dibangun, termasuk pipa-pipa yang menghubungkan lapangan Duri ke pelabuhan Dumai. Cece mengenang bagaimana kawasan Duri mulai dirancang sebagai tempat tinggal untuk mendukung produksi minyak yang diperkirakan akan sangat besar, membutuhkan banyak tenaga kerja.

Produksi minyak dari lapangan Duri mencapai puncaknya pada tahun 1965 dengan produksi sebesar 65 ribu barel per hari. Namun, seiring berjalannya waktu, produksi mulai menurun akibat penurunan tekanan reservoir dan karakteristik minyak Duri yang kental. Pada tahun 1975, studi untuk meningkatkan produksi melalui teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) mulai dilakukan, termasuk metode injeksi uap atau Steamflood.

Metode injeksi uap terbukti sangat efektif, sehingga produksi minyak dari lapangan Duri kembali meningkat, mencapai puncaknya pada tahun 1995 dengan 302 ribu barel per hari. Teknologi ini berhasil memperpanjang usia produktif ladang minyak Duri dan merevolusi cara mengekstraksi minyak dari dalam perut bumi.

Kini, di usia 70 tahun, lapangan minyak Duri masih beroperasi meskipun tingkat produksi secara alamiah terus menurun. Setelah alih kelola oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) pada 9 Agustus 2021, berbagai inisiatif eksplorasi dan pengembangan lapangan terus dilakukan, termasuk di lapangan North Duri Development (NDD) Area 14 Stage-1.

Rikky Rahmat Firdaus, Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumbagut, menekankan bahwa kontribusi ladang minyak Duri bagi perekonomian Indonesia sangat besar. 

"Minyak mentah Duri adalah nadi perekonomian bangsa dan masyarakat di daerah," terang Rikky. Pendapatan dari ladang minyak ini telah menjadi sumber devisa penting, mendanai proyek infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan di seluruh negeri.

Corporate Secretary PHR WK Rokan, Rudi Ariffianto, menambahkan bahwa PHR berkomitmen untuk terus mengelola lapangan Duri secara optimal dan berkelanjutan, memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan negara. 

"Kami memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan seluruh pemangku kepentingan, untuk menjaga objek vital nasional ini," katanya.

Rudi juga mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan perambahan atau tindakan yang tidak sah di lahan Barang Milik Negara (BMN) yang merupakan area operasi PHR, demi keselamatan dan kepentingan bersama.

 

 

 

Berita Lainnya

index