RIAU (RA) - Menjelang Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Riau, dinamika internal partai memanas dengan keluarnya Surat Keputusan (SK) Nomor Skep-48/DPP/Golkar/2025 yang mengubah struktur kepengurusan DPD I Partai Golkar Riau.
SK yang ditandatangani Ketua Umum Golkar Bahlil Lahadalia dan Sekretaris Jenderal Muhammad Sarmuji ini menetapkan Parisman Ihwan sebagai Sekretaris DPD I Golkar Riau, menggantikan Indra Gunawan Eet.
Tak hanya itu, nama Indra Gunawan Eet bahkan tidak lagi tercantum dalam struktur kepengurusan terbaru tersebut sementara posisi Ketua DPD I masih dijabat oleh Syamsuar, sementara posisi Bendahara tetap dipegang oleh Nuraini.
Musda dan Bursa Ketua DPD I Golkar Riau
Perubahan ini membuat isu gejolak di internal Golkar Riau yang sudah lama bergulir semakin memanas. Perubahan struktur ini dipandang sebagai bagian dari strategi jelang Musda.
Pasalnya, Parisman Ihwan kabarnya masuk sebagai salah satu kandidat Ketua DPD I Golkar Riau yang disokong langsung oleh Syamsuar. Syamsuar bahkan disebut-sebut sudah berkomunikasi dengan para ketua DPD II Golkar di kabupaten/kota untuk mendukung Parisman.
Tak hanya Parisman Ihwan, nama Wakil Gubernur Riau Terpilih SF Hariyanto pun dikabarkan masuk ke dalam bursa calon Ketua DPD I Golkar. Kabar ini semakin menguat sebab SF Hariyanto diketahui menemui Ketua Umum DPP Golkar, Bahlil Lahadalia, beberapa hari yang lalu.
Meskipun belum diketahui secara pasti apa yang dibicarakan SF Hariyanto dengan Bahlil, namun pertemuan itu dinilai banyak pihak sebagai sebuah simbol politik.
Isu Pembangkangan Saat Pilkada
Di sisi lain, hubungan Indra Gunawan Eet diisukan sudah tak harmonis dengan Syamsuar sejak beberapa waktu yang lalu. Sumber internal Golkar menyebut pergantian ini berkaitan dengan dinamika politik pada Pilkada Riau 2024.
Saat itu, Indra Gunawan Eet diduga memberikan pembelaan secara tidak langsung kepada pasangan calon Abdul Wahid-SF Hariyanto, yang merupakan lawan politik Syamsuar yang juga maju sebagai calon gubernur. Selain itu, kedekatan Eet dengan Wakil Gubernur Riau terpilih, SF Hariyanto, sudah menjadi rahasia umum di internal partai.
Sebelumnya, saat debat Pilkada Gubernur Riau, Syamsuar mempertanyakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Riau yang diperkirakan defisit hingga Rp1 triliun lebih. Pertanyaan Syamsuar ini menyasar SF Hariyanto yang sebelum resmi mengikuti Pilkada merupakan Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Riau dan kemudian menjadi Penjabat (Pj) Gubernur Riau.
"Kalau menjadi gubernur Riau bagaimana pasangan nomor urut 1 mengatasi defisit anggaran ini," tanya Syamsuar kepada Abdul Wahid-SF Hariyanto.
Mendapat pertanyaan soal isu yang memang ramai diberitakan itu, SF Hariyanto mengatakan bahwa pertanyaan itu memang sudah ditunggu-tunggu.
"Pernyataan ini saya tunggu. Pak Syamsuar lupa, saya ini Ketua TAPD, Sekda (sebelumnya). Beliau tidak tahu bahwa di tahun 2023, defisit Rp1,7 triliun sudah saya selesaikan. Saya yang melakukan rasionalisasi. Mungkin beliau lupa, ya wajar, sudah tua," pungkas SF Hariyanto.
Pernyataan SF Hariyanto itu beberapa hari kemudian seolah didukung oleh Indra Gunawan Eet, yang kala itu masih menjabat sebagai Sekretaris DPD I Golkar Riau sekaligus Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Riau.
Menurut Eet, isu defisit sebesar Rp1,3 triliun yang sempat mencuat tidak memiliki dasar yang kuat, bahkan tidak ditemukan saat pembahasan.
"Defisit baru bisa dihitung setelah tutup buku pada akhir tahun, bukan saat APBD masih berjalan. Saat ini, dari total APBD 2024 sebesar Rp11 triliun, realisasi hingga Oktober sudah mencapai 69 persen atau sekitar Rp7,4 triliun. Kepala BPKAD optimis realisasi akan mencapai 93 persen atau Rp10,4 triliun hingga akhir tahun," jelasnya saat itu.
Meski isu ini telah bergulir di masyarakat, pihak DPD I Golkar Riau sendiri masih enggan memberi penjelasan yang gamblang.
Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Bappilu Golkar Riau, Ikhsan, saat dikonfirmasi hanya membenarkan adanya pergantian struktur DPD I Golkar Riau. "Iya benar, Indra Gunawan Eet diganti oleh Parisman Ihwan," pungkasnya.
Namun, ia enggan memberikan komentar lebih jauh mengenai alasan pergantian tersebut. Ia menyebut, persoalan ini merupakan persoalan internal Golkar yang harus dihormati semua pihak.
"Kalau itu no comment dulu ya, yang jelas internal," tegasnya.