PEKANBARU (RA) - Produk pupuk menjadi komoditas impor terbesar Riau sepanjang Januari–September 2025. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, nilai impor pupuk tercatat mencapai US$256,48 juta, atau berkontribusi 22,34 persen terhadap total impor nonmigas Riau.
Kepala BPS Riau, Asep Riyadi, mengatakan dominasi impor pupuk menunjukkan masih tingginya kebutuhan sektor pertanian dan perkebunan di Riau terhadap bahan penunjang produksi.
"Pupuk menjadi komoditas impor utama karena peranannya sangat penting dalam mendukung produktivitas tanaman perkebunan seperti sawit, karet, dan komoditas pertanian lainnya di Riau," jelas Asep, Senin (3/11/2025).
Berdasarkan data BPS, nilai impor pupuk periode Januari-September 2025 naik 7,34 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$238,94 juta. Meski secara bulanan turun 7,76 persen dibanding Agustus 2025, secara tahunan (year-on-year) impor pupuk melonjak 161,05 persen dibanding September 2024.
"Lonjakan impor pupuk ini mengindikasikan adanya peningkatan kebutuhan pupuk oleh sektor perkebunan rakyat maupun industri besar, terutama di tengah tren perbaikan produksi kelapa sawit," tambah Asep.
Selain pupuk, beberapa komoditas lain yang menyusul di posisi teratas dalam struktur impor Riau adalah bubur kayu (pulp) dengan nilai US$138,40 juta dan kayu/barang dari kayu senilai US$131,73 juta. Namun kedua kelompok barang tersebut justru mengalami penurunan nilai impor dibanding tahun lalu.
Asep menambahkan, ketergantungan terhadap pupuk impor masih perlu menjadi perhatian karena sebagian besar pasokannya berasal dari luar negeri.
"Ke depan, penguatan produksi pupuk domestik bisa menjadi solusi strategis agar ketergantungan impor bisa ditekan," tutupnya.
