JAKARTA (RA) - Belantara Foundation bersama Gaia Indonesia, Himpunan Mahasiswa Biologi Helianthus FMIPA, serta Wapalapa Universitas Pakuan menggelar kegiatan Belantara Biodiversity Class di Tebet Eco Park, Jakarta Selatan, Sabtu pekan lalu.
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas generasi muda dalam mendata dan mengidentifikasi biodiversitas, khususnya satwa burung, amfibi, dan reptil di kawasan perkotaan.
Program edukatif ini dirancang untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat, terutama pelajar, akan pentingnya menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati yang ada di sekitar mereka.
Selain itu, kegiatan juga berfokus membantu pemutakhiran data potensi satwa liar di Tebet Eco Park yang menjadi indikator kesehatan lingkungan kawasan tersebut.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna, menyampaikan bahwa Tebet Eco Park dipilih karena taman kota seluas 7,3 hektare itu memiliki potensi besar sebagai habitat berbagai fauna.
Taman yang direvitalisasi pada 2021 dan dibuka kembali pada April 2022 itu kini menyatu sebagai satu kawasan terpadu yang memadukan fungsi ekologi, edukasi, sosial dan rekreasi.
"Oleh karenanya, amat penting dilakukan pendataan potensi biodiversitas sebagai bahan monitoring dan evaluasi untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di taman tersebut," ujar Dolly, Selasa (23/12/2025).
Ia menambahkan, ruang terbuka hijau di perkotaan dapat berfungsi sebagai laboratorium alam bagi pelajar, khususnya dalam pendidikan biologi. Keberadaan satwa liar pun berperan besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem kota.
Data Biodiversitas Perlu Terus Diperbarui
Mengacu pada Rencana Induk Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Provinsi DKI Jakarta 2025–2029, terdapat 25 jenis burung, 2 jenis amfibi, dan 3 jenis reptil yang pernah dijumpai di kawasan ini.
Namun, data tersebut perlu diperbarui secara berkala untuk memantau perubahan populasi dan kondisi habitat satwa.
Dalam pengamatan terkini pada Sabtu pagi (20/12), tim menemukan 20 jenis burung, 1 jenis amfibi, dan 8 jenis reptil. Salah satu burung yang teridentifikasi, yakni betet biasa (Psittacula alexandri), masuk kategori satwa dilindungi sesuai Permen LHK Nomor P.106/2018.
Sementara itu, menurut daftar merah IUCN, dua spesies burung berstatus terancam, yaitu betet biasa (Near Threatened/NT) dan kerak kerbau (Acridotheres javanicus) yang berstatus Vulnerable/VU.
Kegiatan ini diikuti 70 siswa dari 30 sekolah tingkat menengah atas di Jakarta, Bogor, Depok dan Tangerang. Para peserta dibekali pengetahuan dasar pengamatan satwa, teknik identifikasi, hingga praktik langsung menjelajahi area taman untuk mendata biodiversitas.
Belantara Foundation berharap kegiatan ini dapat menjadi momentum memperkuat kepedulian generasi muda terhadap kelestarian alam, sekaligus mendorong keterlibatan mereka dalam upaya konservasi di kawasan perkotaan.
