NASIONAL (RA) - Gunung Kerinci di perbatasan Provinsi Jambi dan Sumatera Barat, Minggu (5/06/2016) pagi kembali mengeluarkan asap kelabu dengan ketinggian sekitar 800 meter dari bibir kawah.
"Pada Minggu pagi, Gunung Kerinci terlihat jelas. Warna asap kelabu dengan ketinggian sekitar 800 meter dari bibir kawah dan mengarah ke barat laut," kata Ketua Pos Pengamatan Gunung Kerinci Indra Saputra.
Ketinggian asap pada Minggu pagi, masih sama seperti Sabtu kemarin. Namun, kata Indra warna asap kelabu kecoklatan dan membubung ke arah timur dan barat.
Gunung dengan ketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut (Mdpl) itu, kata dia, masih mengalami getaran. Pada Minggu pagi, getaran terdeteksi dengan amplitudo 0,5-1 milimeter.
"Pada Sabtu tremor dengan amplitudo 0,5-4 milimeter namun lebih dominan pada 1 milimeter," katanya.
Selain getaran, katanya, pada Sabtu juga terekam guncangan tektonik lokal sebanyak satu kali dan tektonik jauh dua kali.
Dengan kondisi saat ini, sebutnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih merekomendasikan agar masyarakat sekitar Gunung Kerinci dan pengunjung tidak diperbolehkan mendekati kawah aktif dengan radius tiga kilometer. Masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius bahaya yaitu kawasan rawan bencana (KRB) III.
Selain itu, jalur penerbangan di sekitar gunung tertinggi di Sumatera itu dihindari karena kekhawatiran bahwa sewaktu-waktu bisa terjadi semburan abu dengan ketinggian yang bisa menganggu penerbangan.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Pengendalian Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, menyebutkan letusan Gunung Kerinci menyebabkan hujan abu tipis di Desa Sungai Sikai dan Desa Tangkil di Kecamatan Gunung Tujuh, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, dengan ketebalan sekitar 0,01 milimeter hingga 0,05 milimeter. Letusan berlangsung puluhan kali dan terus menerus.
Kendati demikian, tidak ada peningkatan status, sehingga status gunung tetap Waspada atau tingkat II. Status itu ditetapkan sejak 9 September 2007 hingga sekarang. (rimanews)
