IDI Rohil Kutuk Pelaku Pembuat Vaksin Palsu

IDI Rohil Kutuk Pelaku Pembuat Vaksin Palsu
vaksin palsu

BAGANSIAPIAPI (RA) - Ikatan Doter Indonesia (IDI) Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), mengaku sangat mengutuk pelaku pembuatan dan peredaran vaksin palsu. Pasalnya, yang menjadi korban dari faksin palsu ini adalah anak-anak yang sangat membutuhkan suntikan vaksin untuk kekebalan tubuhnya dari berbagai serangan penyakit.  

Demikian hal itu di tegaskan Ketua IDI Rohil, dr Suratmin ketika ditemui usai menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) penanganan peredaran vaksin palsu di aula lantai IV Kantor Bupati Senin (18/7) di jalan Merdeka di Bagansiapiapi.
 
"Kami sangat mengutuk pelaku pembuat vaksin palsu ini apa lagi saya seorang dokter anak yang sangat memperhatikan kesehatan anak," ketusnya.

Apa lagi lanjutnya, akibat peredaran vaksin palsu yang di kabarnkan sudah mencapai 10 tahun lamanya ini mengakibatkan turunya kepercayaan masyarakat terhadap pemberian faksin terhadap anak yang di lakukan baik di rumah sakit, puskesmas, Polindes maupun di Puskesmas.

"Perlu saya klarifikasikan karena kita mungkin sudah sangat takut apa lagi ini kejadian sudah 10 tahun. Tak perlu takut karena, vaksin yang di berikan kepada anak di Rohil khususnya selama ini berasal dari merek Biofarma yang sudah di jamin keaslianya dan tidak ada yang palsu dan hal ini sudahs melalui kajian dan penelitian dari berbagai unsur yang slah satunya B POM dan bahkan penyelidikan terhadap vaksin ini terus berlanjut," kata Suratmin.

Terkait persoalan vaksin palsu yang beredar, kenapa ini bisa terjadi penyebab utamanya adalah karena pernah terjadinya kelangkaan faksin infor tapi bukan kelangkaan vaksin dari merek Biofarma. Sejauh ini, baru di Jawa ditemukan anak yang mendapatkan vaksin palsu yakni sebanyak 10 orang. Agar ke 10  anak ini mendapatkan kekebalan tubuh akan diberikan vaksin ulang.

Saat di lontarkan pertanyaan terkait apa saja bahan pembuat vaksin palsu dan efek samping yang di timbulkan, dirinya secara detil menjelaskan adapun bahanya terdiri dari tiga unsur yakni pelarut berupa air, pencairan infus dan anti biotik. Sementara efek sampingnya terdiri dari jangka panjang dan pendek.

Untuk jangaka panjang si anak yang mendapatkan vaksin palsu ini tidak mendapatkan kekebalan karena tidak di berikan vaksin yang asli.

Sementara untuk janga pendek karena campuran bahan yang bukan asli diantaranya alergi, kemudian juga berakibat munculnya alergi seperti gatal atau muncul benjolan.

"Pesan kita dari IDI Pertama imunisasi harus tetap di teruskan. Kemudian ditekankan kepada seluruh rumah sakit swasta dan Puskesmas bila mendapatkan vaksin palsu bukan dari Diatribusi resmi jangan di terima dan harus di stop karena Pendistribusi resmi hanya ada 5 di indonesia.  Kepada bupati dirinya menyarankan agar dibentuk sebuah organisasi yang khusus untuk monitoring vaksin," pungkasnya. (ZAI)

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index