80 Siswa Sekolah Marjinal Pindah ke SD Negeri 165

80 Siswa Sekolah Marjinal Pindah ke SD Negeri 165
Kadisdik Pekanbaru

PEKANBARU (RA) - Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru melalui Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, menegaskan jika seluruh siswa sekolah marjinal di Jalan Badan Tenayan Raya Pekanbaru sudah dipindahkan ke sekolah baru.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, Abdul Jamal kepada wartawan Senin (1/8), menjelaskan bahwa sebanyak 80 siswa yang sebelumnya bersekolah pada bangunan yang tidak berdinding,  saat ini sudah dipindahkan dan menempati sekolah baru.

"Mereka sudah masuk di sekolah negeri, tidak menumpang lagi. Kita sudah buatkan nomenklatur barunya, yakni SD Negeri 165," kata Jamal.

Dijelaskan Jamal, siswa sudah menempati gedung baru yang berjarak sekitar 300 meter dari sekolah merjinal sejak tahun ajaran baru 13 Juli lalu. Selain 80 siswa pindahan dari sekolah marjinal, di tahun ajaran baru ini SD Negeri 195 juga menerima siswa baru sebanyak 20 siswa.

"Warga sekitar SD Negeri 185 sudah mendaftarkan anaknya ditahun ajaran baru kemarin, jumlah sekitar 20 anak," sebutnya.

Sementara terkait nasib tenaga pengajar yang sebelumnya menjadi guru di sekolah marjinal saat ini mereka juga sudah berpindah tugas ke SD Negeri 195 Pekanbaru.

Namun terkait permintaan para guru yang meminta diangkat menjadi Guru Tidak Tetap (GTT) Kota Pekanbaru, Jamal tidak bisa mengabulkanya. Pasalnya, tidak punya dasar hukum bagi pihaknya untuk mengakat guru honor provinsi menjadi GTT Kota.

"Sekarang mereka masih mengajar di sekolah kita, tapi kedepan kita belum tau, bisa saja nanti kita arahkan mereka untuk mengajar di sekolah marjinal yang ada didalam perkebunan sawit. Disana kan masih ada Pokjar 1 dan Pokjar binjai," ujarnya.

Sementara ditanya terkait dua sekolah yang masih aktif tersebut, Jamal mengaku jika dua sekolah marjinal tetap akan dioperasikan dan belum ada rencana untuk ditutup. Alasanya dua sekolah yang berada di Tenayan Raya tersebut lokasinya jauh masuk kedalam perkebunan, sehingga kalau ditutup justru akan berdampak buruk bagi siswa yang selama ini sekolah di sekolah marjinal tersebut.

"Daerahnya kan terisolir masuk kedalamnya aja bisa sampai 6 sampai 7 kilo, terlalu jauh anak-anaknya kalau kita tarik ke sekolah negeri di Jalan Badak. Jadi sekolah itu tetap kita pertahankan, sekolah marjinalkan juga diakui pemerintah. Kalau kita tutup nanti mereka malah tidak bisa sekolah," katanya mengakhiri. (YAN)

Berita Lainnya

index