RAGAM (RA) - Ahad lalu serangan udara pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat menyasar militer Suriah. Akibatnya 62 orang tentara Suriah di dekat Bandar Udara Deir Ezzor tewas.
Pernyataan Pusat Komando AS menyebutkan, pasukan koalisi sebetulnya ditujukan pada militan ISIS dan mereka sudah memberitahu Rusia sebelum melakukan serangan.
"Serangan pasukan koalisi segera dihentikan saat pejabat Rusia mengatakan serangan tersebut malah menargetkan pasukan dan kendaraan militer Suriah," seperti dikutip dari pernyataan pusat komando AS.
Benarkah AS mengaku salah sasaran atau memang serangan ke tentara Suriah itu disengaja demi melindungi ISIS?
Seorang tentara Suriah menyampaikan kesaksiannya di lapangan.
"Setelah dua serangan awal kami mengira jet tempur itu untuk mendukung kami tapi setelah itu mereka menargetkan kami selagi kami memerangi ISIS. Jet tempur itu memakai bom klaster terhadap kami," kata seorang tentara Suriah itu seperti dilansir situs Global Research, Senin (19/9).
Sehari sebelumnya, pesawat nirwak AS (drone) terbang di wilayah itu untuk memantau situasi dan memindai lokasi target serangan.
"Serangan udara AS itu menghancurkan semua peralatan tempur kami. Militan ISIS kemudian segera menyerang kami tidak lama setelah serangan itu. Mereka bahkan tertawa-tawa," kata dia.
Tidak hanya itu, drone dan helikopter AS juga menembaki pasukan Suriah yang bergerak mundur.
"Jelas bukan salah sasaran, mereka sengaja menyerang kami untuk membantu ISIS."
Insiden itu segera diberitakan lain oleh media-media AS.
"Serangan udara AS luput dari ISIS, merusak kebijakan AS di Suriah," tulis koran the New York Times.
"AS 'menyesal' atas serangan anti-ISIS yang menewaskan pasukan Suriah," kata stasiun televisi FOX News.
Masih menurut pernyataan tentara Suriah tadi, dia membantah ISIS sedang mengancam negara Barat, termasuk AS dan bertanggung jawab atas sejumlah serangan di Eropa.
"Omong kosong! Washington dan sekutunya adalah Negara Pendukung Terorisme. Sejumlah kelompok jihadis, termasuk ISIS dan Jabhat al Nusra didukung dan didanai oleh koalisi negara Barat," kata dia.
Amerika Serikat menyokong ISIS. Kebohongan itu disebarkan lewat media dan perang propaganda. Para pemberontak ISIS adalah tentara darat dari koalisi negara Barat.
Stasiun televisi Al Arabiya, Minggu (18/9) melaporkan Rusia marah atas insiden ini. Pejabat tinggi militer Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov menyebutkan dua pesawat F16 dan dua A-10 meluncurkan empat serangan. Namun, karena salah sasaran, serangan langsung dihentikan.
Sementara itu, kelompok Pemantau Hak Asasi Suriah yang berbasis di London mengungkapkan, korban tewas serangan tersebut mencapai 83 orang dan 120 lainnya terluka.
Serangan fatal ini terjadi kala kesepakatan gencatan senjata antara pasukan pemerintah Suriah dan pemberontak terjadi. Namun, gencatan itu memang tidak mencakup kelompok militan ISIS atau yang lainnya.
Meski sudah mengakui salah sasaran, insiden ini malah berbuntut panjang. Rusia meminta Dewan Keamanan PBB melakukan rapat darurat.
"Kita sedang mencapai sebuah kesimpulan mengerikan, bahwa Amerika Serikat membela ISIS. Tidak ada keraguan mengenai hal itu," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova. (merdeka.com)
Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
