EKONOMI (RA) - Presiden Indonesia Automotive Institute (IOI) I Made Dana M Tangkas menilai, kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga akan memberikan dampak baik pada industri otomotif. Alasannya, program tersebut akan memberikan stimulus pertumbuhan bagi industri otomotif di wilayah-wilayah terpencil.
"Saya rasa ini akan merangsang pertumbuhan automotif di sana. Barangkali minat akan semakin besar dengan program ini. Berapa besarnya tentu kami IOI (Indonesia Otomotif Indonesia) belum melakukan perhitungan," ujarnya dalam diskusi Forum Wartawan Industri di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (29/10).
Tidak hanya itu, kebijakan BBM satu harga juga dinilai akan menghidupkan perekonomian di wilayah-wilayah terpencil. Untuk itu, diharapkan bisa menyerap tenaga kerja setempat dan menekan angka pengangguran.
"Dampaknya seperti domino ya. Kalau nanti industri otomotif bergairah, akan banyak orang beli mobil di sana, belum lagi rencana perlu membangun SPBU juga di daerah-daerah pelosok. Tentu akan ada lapangan kerja baru dan mereka harus mempersiapkan diri untuk bersaing," tandasnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi mencanangkan kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga saat meresmikan Bandar Udara Nop Goliat Dekai, Yahukimo, Provinsi Papua, Selasa (18/10) siang. Nantinya harga BBM di Papua akan sama dengan di Pulau Jawa.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi mencanangkan kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga saat meresmikan Bandar Udara Nop Goliat Dekai, Yahukimo, Provinsi Papua, Selasa (18/10) siang. Nantinya harga BBM di Papua akan sama dengan di Pulau Jawa.
"Harganya seperti yang sekarang, contoh Rp 6.450 per liter (untuk Premium), sedangkan sudah berpuluh-puluh tahun di Papua harganya dari Rp 50.000 per liter, ada yang Rp 60.000 per liter, sampai Rp 100.000 per liter. Bayangkan," ungkap Presiden seperti dikutip dari laman Setkab.
Presiden Joko Widodo meminta kebesaran hati dan kesadaran dari masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan kebijakan satu harga BBM tersebut. Dirinya masih memberikan toleransi terhadap kenaikan harga BBM di tingkat pengecer selama masih berada dalam batas kewajaran.
"Di luar pom bensin harganya naik sedikit wajar karena ada yang mengambil keuntungan. Tapi kalau harganya (Premium) kemudian menjadi Rp 25.000 per liter, itu tidak wajar. Harganya ada yang Rp 40.000 itu juga tidak wajar karena belinya hanya Rp 6.450 per liter. Itu yang menjadi catatan saya," ucap Presiden. (merdeka.com)
Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
