Riauaktual.com - Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Riau di Kota Pekanbaru, Dumai dan Tembilahan, pada November 2017 di Riau terjadi infasi sebesar 0,38 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 132,27.
Kepala BPS Provinsi Riau, Aden Gultom menyebutkan, bahwa baik Kota Pekanbaru, Dumai, dan Kota Tembilahan mengalami inflasi yang cukup tinggi. Untuk kota Dumai misalnya, angka inflasi sepanjang November sebesar 0,62%, Tembilahan 0,51%, dan kota Pekanbaru 0,33%.
"Untuk inflasi tahun kalender sendiri sepanjang Januari hingga November 3,69%. Dan inflasi year on year 2017 terhadap November 2,92%. Ini angka yang cukup tinggi," ujarnya, disela-sela pertemuan laporan inflasi bulanan, Senin (4/12) di Kantor BPS Riau.
Munurut Aden, inflasi Riau November 2017 terjadi karena adanya kenaikan harga pada semua kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,66%, diikuti kelompok kesehatan sebesar 0,64%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,37%.
"Dilanjutkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,35%, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,20%, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,11%, dan kelompok sandang sebesar 0,08%," jelasnya.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil terjadinya inflasi di Riau lanjut Aden, diantaranya cabai merah, beras, rokok kretek filter, bawang merah, batu bata/batu tela, rokok putih, paku, ketupat/lontong sayur, dan lain-lain. Sementara itu komoditas yang menahan inflasi (deflasi) antara lain daging ayam ras, ikan nila, ketimun, wortel, bawang putih, petai dan lain-lain.
"Dari 23 kota di Sumatera yang menghitung IHK, semua kota mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga sebesar 1,11 persen, diikuti oleh Meulaboh 0,88%, dan Jambi 0,83%, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Tanjung Pinang sebesar 0,04%," tutupnya. (saf)
