Riauaktual.com - Kematian mantan Wakapolda Sumatera Utara (Sumut), Kombes Pol (Purn) Agus Samad di lantai dasar rumahnya di Perumahan Bukit Dieng Permai Blok MB 9, Kecamatan Sukun, Kota Malang akibat patahan tulang rusuk yang menembus jantung korban. Sementara temuan racun serangga oleh pihak kepolisian mengungkapkan tidak membuat Agus tewas.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Frans Barung Mangera mengatakan, kematian Agus Samad tidak disebabkan oleh racun serangga. Hasil itu didapat dari otopsi pada tubuh korban yang didapat bahwa racun yang tidak masuk sampai lambung.
"Tulang itu yang menusuk jantung sebabkan kematian," kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Frans Barung Mangera dalam pesan singkat yang dikutip dari Kriminologi, Minggu, 4 Maret 2018.
Frans belum membeberkan terkait penyebab patahnya tulang rusuk sebelah kiri almarhum.Pihaknya tak memiliki kendala dalam mengungkap kasus ini meski hasil penyebab kematian baru terungkap kurang lebih setelah sepekan kematian Agus Samad.
Sementara itu, kriminolog Universitas Indonesia Jasias Simon menyatakan, terdapat kejanggalan terkait peristiwa tewasnya Agus. Simon mengungkapkan sejumlah kemungkinan terkait kasus itu.
“Kasus ini kalau bunuh diri juga aneh. Kalau dari kriminal yang lain dari model pembunuhan seperti itu caranya untuk menghilangkan jejaknya,” ujar Simon kepada Kriminologi.
Menurutnya, status Agus sebagai mantan wakapolda membuat orang cukup heran dan menuntut ada penyelesaikan dengan tuntas.
“Bagi saya butuhnya keilmuan forensik untuk membuktikan, kecanggihan keilmuan forensik. Tapi kan itu forensik untuk membantu menyelesaikan kasus tersebut. Tetapi itu dibantu saksi dan barang bukti. Itu tantangan keilmuan forensik untuk membuktikan itu,” ujar Simon.
Simon menambahkan, kalau tewasnya dibunuh, ada barang bukti yang lain atau yang tercecer di lapangan.
“Sedikitnya mengarahkan. Itu semuanya dipakai biasanya dipakai dalam pengungkapan kasus-kasus seperti ini,” ujarnya menambahkan.
Dia juga menjelaskan, bahwa mantan wakapolda jika sudah lama pensiun tidak ada pengawalan.
“Tapi memang yang menjadi pertanyaan apa dia memang menjadi target? Kalau enggak ya bisa saja bunuh diri. Atau tadi, ada juga rekayasa. Ini kan kita belum tahu, karena kalau dari sekuriti itu ada misalnya kasus pembunuhan dugaannya itu, bisa bunuh diri atau dibunuh atau pembunuhan direkayasa,” ujarnya.
Menurutnya, jika tewasnya Agus merupakan kasus pembunuhan melalui sejumlah rekayasa, maka akan membutuhkan perencanaan yang cukup panjang untuk sampai ke tahap itu.
Baca: Jejak Suram Avanza Hitam di Depan Persemayaman Mantan Wakapolda Sumut
“Sebenarnya keterkaitannya bisa terlihat, apalagi ini kan mantan pejabat. Kalau orang-orang di situ sudah tahu lah. Kita masuk ke bagaimana mengungkapkannya. Karena keahliannya, pengungkapan di kemungkinan- kemungkinan terkecil,” ujar Simon.
“Kalau misalnya dengan tali rafia kan emang dia bisa sendiri (mengikat)? itu juga nggak bisa hanya dengan tali rafia. Bukan Cuma tali rafia. Kalo rekayasa kan itu bagian dari pengalih rekayasa, tapi kan kita bicara kemungkinan dari ada teori peluang penyebab dari satu kasus.
Untuk melihat kasus itu, kata Simon, peluangnya seberapa besar tergantung dari barang bukti dan pembuktian forensik. Karena barang bukti mungkin sedikit, cara yang paling efektif menurutnya, baik di tubuh dan di luar tubuh.
Agus ditemukan tewas di rumahnya di Perum Bukit Dieng Blok MB9, Pisangcandi, Sukun, Kota Malang, pada Sabtu, 24 Februari 2018. Di rumah itu, korban yang memiliki satu istri dan dua anak hanya seorang diri. Istrinya tengah berada di Bali sejak 12 Februari untuk mengurusi bisnis restoran. Sementara kedua anaknya telah berkeluarga.
Kematian Agus Samad sempat simpang siur apakah dibunuh atau bunuh diri. Saat jasadnya ditemukan, pada bagian kakinya tampak diikat rafia yang terhubung ke pagar atas. Ditemukan juga bercak darah yang mulai mengering terlihat di ruang makan, sekitar 10 meter dari lokasi ditemukannya korban.
Berdasarkan olah TKP, tidak ditemukan kerusakan di sekitar lokasi. Begitu juga seluruh pintu dalam kondisi terkunci, dan atap rumah yang biasa digunakan jalan keluar masuk pelaku masih terlihat utuh.
Selain tidak menemukan kerusakan, polisi juga mendapatkan seluruh ruangan dalam kondisi rapih alias tidak berantakan seperti bekas diacak-acak orang. Barang-barang berharga di rumah pun tak ada yang hilang.
Sumber : kriminologi.id
