Riauaktual.com - Keberadaan layar tancap kini mulai menghilang tergerus era digitalisasi. Para penggemar hiburan yang sempat berjaya di era tahun 1970 hingga 1990-an tersebut juga terus mengalami penurunan yang signifikan.
Era digital telah memudahkan masyarakat menonton film melalui TV berlangganan, komputer, laptop bahkan gawai. Internet memanjakan penikmat film. Sejurus kemudian, layar tancap pun tergerus.
Pakar Budayawan, Ngatawi Al Zastrouw mengatakan, fenomena menghilangnya hiburan layar tancap merupakan bagian dari hukum kehidupan dalam kebudayaan. Nilai yang terkandung dalam layar tancap tak cukup kuat untuk membuatnya bertahan di tengah gempuran teknologi.
“Ini satu hal yang patut jadi keprihatinan. Dalam seni itu ada nilai estetika dan kreatif, kalau enggak kreatif dan stagnan maka dia akan punah. Ini yang terjadi pada layar tancap,” tutur Ngatawi saat berbincang dengan Okezone, Kamis, 12 April 2018 lalu.
Ngatawi mencontohkan seni wayang. Seni tradisional itu juga mulai tergerus teknologi. Hanya saja, seni wayang memiliki unsur utama yang menjadikannya tetap bertahan hingga kini, yaitu kemampuan absorbsi teknologi.
Kemampuan tersebutlah yang tidak dimiliki oleh hiburan layar tancap. Sehingga, layar tancap berada pada posisi yang lemah tergerus teknologi yang masuk secara masif.
“Wayang mampu menyerap teknologi. Saat ini mulai banyak penyesuaian, seperti menggunakan teknologi pencahayaan saat pertunjukkan, memunculkan sosok dalang cilik. Nah, kemampuan absorbsi atau menyerap ini yang tidak ditemukan di layar tancap. Padahal, layar tancap lebih kompatibel dengan digitalisasi dibanding wayang,” ungkap Ngatawi.
Menurut Ngatawi, bukan hal yang tidak mungkin jika layar tancap mampu mengembalikan kejayaannya seperti sedia kala. Hiburan pertunjukkan film merupakan satu hiburan yang tidak akan sepi peminat. Asalkan, layar tancap bisa berbenah diri.
Ilustrasi Layar Tancap (foto: Instagram@deartitin1)
“Layar tancap masih sangat mungkin untuk dibumikan, kerjasama seluruh stakeholder sangat penting untuk membangkitkan gairah penikmat layar tancap. Para kreator juga harus menciptakan kreasi dan inovasi untuk menarik generasi milenial sebagai pangsa pasar,” ungkap Ngatawi.
Layar tancap telah menjadi bagian dari seni yang tak terpisahkan dengan jati diri Indonesia. Namun, untuk mempertahankan eksistensinya maka sebuah seni juga harus mampu melakukan absorbsi dan melakukan berbagai penyesuaian sesuai dengan tuntutan zaman dan teknologi. (Wan)
Sumber: Okezone.com
