Riauaktual.com - Teriakan dukungan untuk memenangkan calon Gubernur Riau, Drs H Syamsuar MSi, bergemuruh dan menggema pada kampanye dialogis di Jalan KH Arrasyid RT 09, RW 05, Desa Pedekik, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Ahad (6/5/2018) pagi.
Sebagai tuan rumah, KH Arrasyid, dalam sambutannya mengatakan, semoga kampanye ini membawa berkah mengantar Pak Syamsuar sebagai Gubernur Riau.
KH Arrasyid menyebutkan, ada sejarah panjang perjuangan kemedekaan di Desa Pedekik ini saat agresi II Belanda. Sehingga desa ini disebut juga desa perjuangan.
“Dulu sekitar tahun 1949 para pejuang berkumpul di Masjid Jamid yang saat ini kami ubah menjadi Masjid Fasibilillah,” kata KH Arrasyid.
Masyarakat Pedekik, ucap KH Arrasyid, siap memenangkan Pak Syamsuar dan Edy Nasution. Alasannya, karena dari visi dan misi pasangan nomor urut 1 ini sangat menyentuh masyarakat untuk membangun Riau lebih baik.
“Pak Syamsuar dan Edy Nasution juga berpengalaman sebagai pemimpin dan mereka berdua sudah terbukti,” ungkap KH Arrasyid.
Menutup sambutannya, KH Arrasyid, berteriak yel…yel versinya. Pak Syamsuar! dijawab ratusan masyarakat dengan kata: Jadi. “Kita coblos nomor 1,” kata KH Arrasyid.
Ketua Koalisi Parpol Koalisi Riau Bersatu (Karib), Syaukani Al-Karim, mengawali orasi politiknya dengan yel…yel seperti dilakukan KH Arrasyid.
“Jika kita bersatu, kita bersama, maka perjuangan kita untuk membangun Riau lebih baik Isnya Allah jadi,” ucap anggota DPRD Bengkalis
Menyebut nama Syamsuar, kata Syaukani, maka suka tidak harus membicarakan keberhasilan pembangunan di Siak. Dengan kemajuan pada kepemimpinan Pak Syamsuar, ada sebuah harapan kemajuan, adanya asa martabat terhadap Riau sehingga memberi sejarah kesejahteraan baru bagi Riau.
Pada kampanye itu, Syamsuar juga menyulam sejarah masa lalunya yang sejak SMA menuntut ilmu di Bengkalis, setelah itu menjadi buruh kasar di Sawahlunto, Sumbar, hingga akhirnya dia menjadi tenaga honoror di Bengkalis.
Soal sejarah Pedekik, kata Syamsuar, dia banyak mendapat cerita dari Pak Cik Saleh, orangtua tempat dia mengadu nasib ketika bersekolah di Bengkalis, sehingga desa ini dikenal bagian dari sejarah panjang perjuangan kemerdekaan.
“Mengenang sejarah, dan dalam perjalanan silaturahmi saya di Riau ini banyak peninggalan sejarah yang harus kita beri tau kepada anak cucu kita yang saat ini sudah tidak tau lagi karena sibuk dengan teknoligi modernisasi,” ucap Syamsuar.
Sejarah harus dijaga dan dipelihara, karena ini ada indentitas diri suatu bangsa. Sejarah kata Syamsuar, secara ekonomi bisa mengundang pelancong untuk datang mempelajarinya dan ini berimbas pada ekonomi masyarakat.
Terkait hal itu, kata Syamsuar, perlunya perhatian dari pemerintah sehingga sejarah itu tidak hanya menjadi catatan namun menjadi semangat perjuangan untuk membangun negeri ini.
“Hal ini harus kita lakukan, karena perkembangan teknologi bisa menghapus sejarah sehingga anak muda kita lupa pada sejarahnya,” ucap Syamsuar.
Perjuangan kedepan seorang pemimpin saat ini, jelas Syamsuar, tidak hanya perjuangan terhadap kebodohan, perjuangan terhadap kemiskinan, namun juga harus berjuang terhadap Narkoba.
“Kita tak mau Riau menjadi sejarah masuknya Narkoba dari luar. Karena Riau punya catatan sejarah kemerdekaan, catatan kemajuan kerajaan Melayu Islam. Kami komitmen terhadap sejarah Riau yang gemilang dan ini harus dibangkitkan dengan kebersamaan. Insya Allah jika saya diamanah menjadi Gubernur Riau bersama Edy Nasution, maka sejarah adalah bagian prioritas bagi kami untuk menjaga dan melestarikannya,” pungkas Syamsuar. (*)
