MUI: Nabi Tak Pernah Libatkan Perempuan dan Anak dalam Perang!

MUI: Nabi Tak Pernah Libatkan Perempuan dan Anak dalam Perang!
Wakil Sekretaris Komisi Kerukunan Antarumat Beragama MUI, Abdul Moqshit Ghazali (Foto: Bayu Septianto)

Riauaktual.com - Wakil Sekretaris Komisi Kerukunan Antarumat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Abdul Moqsith Ghazali mengungkapkan dalam literatur sejarah, Nabi Muhammad SAW tak pernah melibatkan perempuan dan anak-anak dalam setiap peperangan.

Menurut Moqsith, banyak pelaku teror yang salah mengartikan syariat Islam dan ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah Dita Supriyanto, pelaku teror bom bunuh diri tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur akhir pekan kemarin yang melibatkan istri dan empat orang anak-anaknya dalam bom bunuh diri yang menewaskan belasan orang itu.

"Pada kasus Dita, nabi tidak melibatkan istri dalam perang, tidak ada syariatnya. Istri nabi tidak dilibatkan dalam perang. Makanya, kalau melibatkan istri itu tidak syar'i," jelas Moqsith dalam diskusi di Rumah Pergerakan Griya Gus Dur, Jalan Taman Amir Hamzah, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (15/5/2018).

Begitu pula dengan anak-anak. Menurut Moqsith, Nabi Muhammad pernah melarang Usamah bin Zaid. Usamah bin Zaid adalah anak dari seorang sahabat dan merupakan anak angkat Rasulullah saw. Saat Usamah berumur 13 tahun, ia prihatin dengan pasukan perang Rasulullah yang sangat sedikit personelnya.

Usamah pun menawarkan diri untuk ikut perang, namun Nabi Muhammad menolak keinginan Usamah tersebut karena Usamah belum cukup umur untuk dilibatkan dalam peperangan.

"Nabi tidak membolehkan karena Usamah masih berusia 13 tahun. Tapi setelah usia 19 tahun Usamah diangkat sebagai panglima perang. Itu sudah melewati fase anak-anak," tutur Moqsith.

Moqsith menganggap banyak pelaku teror salah mengartikan makna dari jihad. Nyatanya, lanjut Moqsith peperangan yang dilakukan Nabi Muhammad memang tergolong jihad namun perang yang dilakukan Rasulullah lebih kepada bentuk pertahanan diri, bukan melakukan penyerangan.

"Mereka keliru membaca Alquran dan sejarah nabi," tegasnya.

Diketahui, pada Minggu 13 Mei 2018 pagi, teror bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, yaitu Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel Madya; Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro; dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno. Pelaku bom adalah satu keluarga, suami-istri dan empat anaknya.

Di hari yang sama, pada malam hari, bom bunuh diri terjadi di Blok B Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Wonocolo, Sidoarjo. Terduga teroris, Anton, bersama istri dan satu anaknya tewas dalam kejadian ini. Tetapi, tiga anak Anton yang lain selamat tapi kondisinya luka-luka.

Selang sehari, Senin 14 Mei 2018, bom bunuh diri kembali terjadi di Markas Polrestabes Surabaya. Pelakunya satu keluarga, yaitu TW bersama istri dan tiga anaknya, menggunakan dua sepeda motor. Satu anaknya, perempuan berusia 8 tahun, selamat karena terlempar dari sepeda motor.

 

Sumber : okezone.com

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index