Jaga dan Sayangi Orang Tua serta Keluarga dengan Vaksinasi

Jaga dan Sayangi Orang Tua serta Keluarga dengan Vaksinasi
Imai (61) salah seorang warga Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru disuntik vaksin Covid-19 yang dilaksanakan Polda Riau.

Riauaktual.com - Kehilangan ayah tercinta dialami Sri. Ayahnya, Ibrahim meninggal dunia awal Mei lalu. 

Almarhum sempat dirawat beberapa hari di salah satu rumah sakit di Pekanbaru. "Bapak wafat pada usia 75 tahun," ujar Sri.

Menurut Sri, sebelum meninggal dunia ayahnya masih sangat aktif, masih bekerja, jalannya juga masih tegak, berpikir baik bahkan kemana-mana masih bisa membawa motor sendiri. 

Bapak Sri merupakan pedagang harian, dan aktif bekerja. Namun satu saat ayahnya tiba-tiba sakit dengan gejala sesak nafas.

Setelah berunding, sore itu, jelang Magrib keluarga membawa ayahnya ke rumah sakit. Setelah diperiksa, akhirnya ayahnya dinyatakan positif terpapar Covid-19. Pada saat makan, ayahnya tidak bisa mencium bau dan merasakan makanan.

Sri menceritakan, semasa hidupnya ayahnya adalah orang yang sangat disiplin menerapkan protokol kesehatan. Tidak hanya pada dirinya tapi juga pada anak dan cucunya di rumah.

Ayahnya juga sering mengingatkan yang lain agar selalu menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan tidak boleh berkumpul.

Meski sudah menerapkan protokol kesehatan, tapi ayahnya tak tahu dimana tertular Covid-19 tersebut. Nah, pengalaman inilah yang meyakinkan kami kalau Covid-19 itu nyata.

Untuk itu, Sri berpesan kepada siapapun untuk tidak menganggap remeh Covid-19 meski merasa sehat. Menurut Sri, ayahnya juga dari segi kesehatan tidak pernah ada masalah.

Selama hidup ayahnya juga amat konsen dengan kesehatan, makan dan tidur teratur, serta rajin olahraga, namun akhirnya terpapar Covid-19 dan meninggal. ''Kita tidak pernah tahu
dalam kondisi seperti apa kita tertular," pesan Eka.

Untuk itu, dia pun mengingatkan, vaksinasi saat ini merupakan satu-satunya cara menghindari Covid-19 selain menerapkan protokol kesehatan. Tidak alasan untuk tidak divaksin. Ada banyak rumor tentang efek samping setelah divaksin, tapi ada ratusan juta orang di seluruh dunia yang telah divaksin dan sejauh ini hampir semua baik-baik saja.

"Tidak ada yang lain. Vaksinasi mengurangi risiko, dan kalaupun masih tertular, proses penyembuhannya akan lebih baik dibanding dengan yang belum divaksinasi," tegas Sri.

Hal serupa juga dialami Anto, yang harus kehilangan ibundanya karena Covid-19.

Pandemi sudah lama melanda bangsa ini dan sudah banyak yang harus meninggal dunia akibat Covid-19. Sudah bukan waktunya untuk ragu apakah Covid-19 ada atau tidak. Apalagi sampai menganggap enteng dan meremehkan. Maka, vaksinasi amat penting terutama bagi lansia.

"Jangan karena masih merasa sehat saja dan tidak pernah mengalami hal yang tidak diinginkan kita jadi abai dengan protokol dan malah membahayakan orang lain," ujar Anto.

Seperti diketahui, angka kematian pada lansia usia 60 tahun ke atas akibat Covid-19 mencapai 49,4 persen. Persentase tersebut yang tertinggi di antara kelompok usia lainnya.

Karena memiliki risiko tinggi jika terkena Covid-19, menjadi sangat penting untuk memprioritaskan perlindungan kepada lansia.

Menurut Juru Bicara (Jubir) Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, pihaknya juga mencatat untuk kelompok usia 46-59 tahun mencapai 35,5 persen, usia 31-45 tahun sebanyak 11,2 persen, sisanya berasal dari kelompok usia 30 tahun ke bawah.

"Hingga Jumat 28 Mei 2021 angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia bertambah 193 orang sehingga total mencapai 50.100 orang," ujar Prof. Wiku.

Sementara Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menjelaskan, lansia merupakan kelompok rentan (vulnerable), sama seperti bayi dan anak-anak. Daya tahan tubuh mereka lebih rendah dibandingkan dewasa muda, maka wajar saja jika terinfeksi, mereka lebih berat menghadapinya. Kemudian, lanjutnya, lansia sebagian besar memiliki komorbid, penyakit degeneratif yang diderita lansia karena penuaan.

Hal ini sangat berpengaruh terhadap kematian lansia karena Covid-19. "Apalagi jika komorbidnya tidak terkontrol," ujarnya.

Masdalina juga menambahkan, karena mekanisme pertahanan diri pada lansia turun sangat jauh dibandingkan kelompok usia muda, jadi lebih banyak harus diberi dukungan dari luar untuk bertahan. Misalnya obat dan suplemen. "Tentu saja vaksinasi dan protokol kesehatan juga harus jalan," kata Masdalina.

Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Reni Rondonuwu menyebut, salah satu hal kendala masih rendahnya cakupan vaksinasi bagi lansia adalah kemudahan akses ke lokasi vaksinasi. Dengan fisik yang sudah mulai menurun, lansia membutuhkan tempat vaksinasi yang mudah dekat dan mudah dijangkau.

Tidak semua sasaran vaksinasi memiliki kondisi sosial maupun ekonomi yang sama seperti lokasi vaksinasi yang jauh, ketiadaan pendamping, akses transportasi yang sulit dll. Hal inilah yang kemudian menghambat para lansia untuk mengikuti vaksinasi.

Menurutnya, daerah perlu melakukan gerakan bersama yang jauh lebih masif dengan melibatkan stakeholder terkait agar semakin banyak lansia yang divaksinasi. Termasuk menciptakan model baru vaksinasi yang mudah, aman dan nyaman.

“Kami membuat kebijakan, satu pendamping yang membawa dua lansia akan ikut disuntik vaksin. Mudah-mudahan daerah juga akan diimplementasikan. Karena ada 456 kabupaten/kota yang cakupan vaksinasi lansia masih di bawah 25%. Saya kira daerah perlu mencontoh DKI Jakarta, yang camat maupun lurah ikut terlibat untuk memobilisasi lansia,” kata Maxi.

Di samping kemudahan akses, kepercayaan masyarakat mengikuti vaksinasi untuk melindungi dari potensi penularan COVID-19, turut menjadi perhatian pemerintah. Sebab, ada kecenderungan para anak-anak lansia ini khawatir mengikutsertakan orang tua mereka vaksinasi karena takut akan keamanan dan efektivitas vaksin.

Sedangkan, Koordinator PMO Komunikasi Publik KPCPEN Arya Sinulingga mengatakan, pemerintah
menargetkan 181,5 juta penduduk Indonesia mendapatkan vaksin Covid-19. Proses penyuntikan yang telah dimulai sejak 13 Januari 2021 ditargetkan rampung dalam waktu satu tahun.

Karenanya, Arya menambahkan, pemerintah melibatkan semua pihak termasuk swasta untuk menyukseskan program vaksinasi nasional. Salah satu upaya yang dilakukan adalah semakin
banyak membuka lokasi vaksinasi yang bertujuan memudahkan juga mendekatkan akses vaksinasi terutama bagi lansia. 

"Ini tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di sejumlah kota di Indonesia. Ada juga layanan drive thru," kata Arya.

Disamping itu, dia berharap, keluarga terdekat hendaknya mau mengajak dan membantu orang tua untuk divaksin. Karena hal tersebut semata-mata untuk kebaikan orang tua. "Jangan ragu, jaga dan sayangi orang tua kita dengan vaksinasi," tutur Arya.

Sementara itu, terkait efek samping, Ketua ITAGI Profesor Dr Sri Rezeki S Hadinegoro dr SpA(K) menekankan, kepada masyarakat agar tidak perlu kuatir bahkan ketakutan. Karena sejauh pelaksanaan vaksinasi Covid-19, kelompok lansia justru memiliki Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang sangat rendah. Gejala yang dialami pasca penyuntikan sifatnya ringan dan mudah diatasi, sehingga para anak diimbau untuk tidak perlu kuatir, manfaat vaksinasi jauh lebih besar dibandingkan risikonya.

“Efek samping kedua vaksin ini (Sinovac dan AstraZeneca) cukup ringan, tidak ada yang masuk RS atau sampai meninggal. KIPI pada lansia ini justru sangat sangat sedikit dibandingkan yang dewasa/muda,” kata Profesor Sri Rezeki.

Sebagai salah satu pihak yang ikut terlibat dalam penentuan jenis vaksin yang akan digunakan dalam program vaksinasi nasional, Sri menegaskan pemerintah tentunya akan menyediakan vaksin Covid-19 yang aman, bermutu dan berkhasiat untuk melindungi seluruh masyarakat.

Hal senada disampaikan Ketua Komnas PP KIPI Profesor Dr dr Hindra Irawan Satari Sp A(K) M TropPaed mengatakan, kesadaran masyarakat lansia cukup baik karena mengetahui masuk dalam kelompok rentan. Namun sayangnya terkadang justru dari keluarga yang tidak mengizinkan lansia untuk divaksinasi.

"Karena ternyata (keluarga) memperoleh informasi yang kurang tepat atau pihak yang tidak berwenang terkait imunisasi atau vaksinasi," ujarnya.

Sebagai lansia, Profesor Hindra menyatakan, dirinya telah divaksinasi dua kali. Padahal memiliki gangguan irama jantung, penderita hipertensi, kolesterol juga sempat tinggi, dan begitu juga asam urat. 

"Alhamdulillah sehat, saya sudah dua kali divaksinasi jadi jangan ragu-ragu," kata profesor yang saat ini berumur 66 tahun tersebut.

Menurutnya, meski memiliki komorbid atau penyakit penyerta, lansia tetap bisa divaksin. Karena tentu, divaksin lebih baik daripada tidak divaksin. 

"Jika ada KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) mudah-mudahan sifatnya ringan dan dapat ditolerir namun manfaat vaksinasi jauh lebih besar maka sama-sama kita divaksin," ujarnya lagi.

Dia juga menjamin, vaksin aman bagi masyarakat. Komnas KIPI pun terus memantau, mengkaji dan merekomendasikan apakah vaksin itu aman atau tidak bagi masyarakat. Kalau aman vaksin pihaknya rekomendasikan untuk program vaksinasi nasional. Dan itu dipantau dan dikaji tiap hari. "Kalau ada perubahan kita buat rekomendasi baru," kata Profesor Hindra.

Dia menambahkan, jika ada laporan terkait KIPI maka ada dua hal yang dilakukan Komnas KIPI. Pertama, mengecek berapa lama ketika diberikan vaksin hingga ada gejala dan kedua apakah ada penyakit lain yang menyebabkan gejala dan bukan berasal dari vaksin.

"Kalau gejala lebih dua hari laporkan saja nanti gejala itu diinvestigasi, dianalisis, dan dikaji. Apapun keluhannya silakan lapor, kita justru mengharapkan laporan," ungkapnya.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Riau, Mimi Yuliani Nazir menjelaskan, terkait vaksin pihaknya merekap sebanyak 23.242 orang lanjut usia dosis pertama diberikan vaksin Covid-19 untuk memberikan kekebalan menangkal virus yang mematikan itu.

''Kami harap peran komunitas atau ormas dan pihak swasta ikut menyosialisasikan pentingnya vaksinasi Covid-19 itu, karena kaum lansia berpotensi mudah tertular atau menularkan virus corona tersebut akibat kondisi fisik mereka yang sudah melemah,'' katanya.

Apalagi saat ini, banyak lansia yang sudah terpapar Covid-19, dan ketika terpapar maka kondisi mereka akan makin berat dan bisa menyebabkan kematian.

Saat ini untuk di Provinsi Riau sudah disuntik vaksin Covid-19 untuk dosis kedua kurang lebih sebanyak 14.651 orang, sedangkan target lansia Riau divaksin sebanyak 582.505 orang. *

Berita Lainnya

index