Riauaktual.com - Presiden Rusia, Vladimir Putin menyampaikan pada Sabtu, sanksi yang dijatuhkan Barat untuk Rusia sama dengan deklarasi perang dan memperingatkan upaya apapun untuk menjatuhkan zona larangan terbang (no-fly) di Ukraina serupa dengan memasuki konflik.
Putin menegaskan kembali tujuannya di Ukraina untuk membela komunitas berbahasa Rusia melalui "demiliterisasi dan de-Nazifikasi" negara itu sehingga menjadi negara yang netral.
Ukraina dan negara-negara Barat membantah hal ini, menyebutnya sebagai alasan tak berdasar untuk invasi yang diluncurkan pada 24 Februari itu dan menjatuhkan serangkaian sanksi yang bertujuan untuk mengisolasi Moskow.
"Sanksi-sanksi ini yang sedang dijatuhkan sama dengan deklarasi perang tapi syukurnya belum sampai ke situ," kata Putin, berbicara kepada sekelompok pramugari di pusat pelatihan Aeroflot dekat Moskow, dikutip dari Al Arabiya, Minggu (6/3).
Putin mengatakan, upaya apapun oleh negara lain untuk menerapkan zona larangan terbang di Ukraina akan dianggap Rusia sebagai langkah memasuki konflik militer. NATO telah menolak permintaan Kiev untuk zona larangan terbang ini, dengan alasan itu akan mengeskalasi perang di luar Ukraina.
Putin mengatakan tidak ada warga wajib militer yang terlibat dalam operasinya di Ukraina, dan disebut dilakukan hanya oleh tentara profesional.
"Tidak ada satu pun wajib militer dan kami tidak merencakan itu," jelasnya.
"Tentara kami akan memenuhi semua tugasnya. Saya sama sekali tidak meragukan itu. Segalanya berjalan sesuai rencana."
Putin membantah kekhawatiran diberlakukan darurat militer atau situasi darurat di Rusia. Dia mengatakan tindakan semacam itu diterapkan hanya ketika ada ancaman internal atau eksternal yang signifikan.
"Kami tidak berencana untuk memperkenalkan aturan khusus apa pun di wilayah Rusia - saat ini tidak perlu," ujarnya.
Pemerintahannya melarang keras unjuk rasa anti perang di Rusia.
