WHO Sebut Konsumsi Alkohol pada Perempuan Lebih Berbahaya Dibandingkan Pria

WHO Sebut Konsumsi Alkohol pada Perempuan Lebih Berbahaya Dibandingkan Pria
Bahaya konsumsi minuman beralkohol bagi perempuan. (Foto: Freepik.com)

Riauaktual.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan pentingnya mempertimbangkan aspek gender dalam pengembangan kebijakan alkohol. Kekhawatiran ini muncul karena pemasaran industri alkohol semakin menargetkan perempuan, yang ternyata menghadapi risiko kesehatan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Merangkum dari Asiaone.com pada Senin (9/9/2024) WHO, yang berpusat di Jenewa, menjelaskan bahwa laki-laki, perempuan, dan kelompok minoritas mengalami dampak buruk yang berbeda akibat konsumsi alkohol. Data menunjukkan bahwa industri alkohol menyesuaikan strategi pemasarannya untuk menargetkan berbagai gender dengan pendekatan yang berbeda.

Meskipun demikian, WHO menekankan bahwa kebijakan pengendalian alkohol masih sering kali mengabaikan aspek gender. Oleh karena itu, WHO mendesak pemerintah untuk lebih serius memperhatikan perbedaan-perbedaan ini dalam proses perumusan kebijakan dan langkah-langkah pengendalian alkohol. Tujuannya agar lebih efektif serta adil bagi semua kelompok masyarakat.

Selain itu, WHO mencatat bahwa industri alkohol kini semakin sering menggunakan pendekatan berbasis gender dalam pemasaran. Mulai dari kemasan hingga iklan yang menekankan nilai-nilai feminisme atau persahabatan perempuan.

Misalnya, studi menunjukkan bahwa di beberapa wilayah seperti Afrika dan India, perempuan menjadi target pemasaran untuk produk minuman manis yang dipromosikan sebagai simbol kebebasan dan pemberdayaan.

Sementara itu, laki-laki sering kali menjadi sasaran pemasaran yang mengaitkan konsumsi alkohol dengan konsep maskulinitas tradisional. Hal ini meningkatkan risiko mereka untuk mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar dan mengalami masalah terkait alkohol, seperti perilaku agresif atau berisiko.

Namun, dampak serius justru lebih sering dialami oleh perempuan, meskipun konsumsi alkohol mereka lebih rendah. Penelitian menunjukkan bahwa gangguan penggunaan alkohol berkembang lebih cepat pada perempuan. Mereka juga lebih sering mengalami dampak buruk sekunder dari penggunaan alkohol oleh pasangan atau anggota keluarga.

Komunitas LGBTQ (lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer) juga menghadapi tantangan tersendiri terkait konsumsi alkohol. Tingkat konsumsi alkohol dan masalah penggunaan zat dalam komunitas ini lebih tinggi dibandingkan dengan individu cisgender dan heteroseksual.

Selain itu, warisan kolonialisme dan marginalisasi ekonomi membuat masyarakat adat lebih rentan terhadap dampak negatif alkohol. WHO juga mengingatkan bahwa alkohol merupakan faktor penyebab lebih dari 200 kondisi penyakit dan cedera, termasuk beberapa jenis kanker, sirosis hati, dan penyakit kardiovaskular.

Oleh karena itu, untuk melindungi kesehatan masyarakat secara efektif, WHO menegaskan pentingnya penyesuaian kebijakan alkohol agar lebih memperhatikan aspek gender. Pemerintah di seluruh dunia diharapkan dapat menyusun kebijakan yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan serta risiko yang dihadapi oleh berbagai kelompok gender.


 

Berita Lainnya

index