PEKANBARU (RA) - Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI) menyerukan tindakan segera untuk menyelamatkan dan memulihkan habitat gajah sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo, Provinsi Riau.
Kawasan ini merupakan kantong habitat terbesar gajah sumatera di Riau, namun kini berada dalam kondisi kritis akibat alih fungsi lahan, perambahan hutan, serta meningkatnya konflik antara manusia dan satwa liar.
Ketua FKGI Donny Gunaryadi menegaskan bahwa gajah sumatera memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan.
“Gajah sumatera adalah satwa yang sangat penting, tidak hanya dari sisi keanekaragaman hayati, tetapi juga sebagai penanda kesehatan ekosistem. Jika kita kehilangan mereka di Tesso Nilo, kita kehilangan lebih dari sekadar satu spesies kita kehilangan keseimbangan alam,” ujarnya, Selasa (24/6/2025).
Data FKGI menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen hutan alami di Tesso Nilo telah rusak akibat aktivitas ilegal. Populasi gajah kini diperkirakan tinggal sekitar 150 individu dan terus mengalami penurunan. Hilangnya habitat alami menyebabkan meningkatnya perjumpaan antara gajah dan manusia, yang memicu konflik serta perburuan yang mengancam keselamatan kedua belah pihak.
Koordinator Advokasi dan Kebijakan FKGI, Dewa Gumay, menyatakan bahwa konservasi Tesso Nilo membutuhkan kerja sama lintas sektor.
“Kunci keberhasilan konservasi di Tesso Nilo ada pada kolaborasi multipihak, termasuk penguatan kebijakan, penegakan hukum, dan pemberdayaan masyarakat lokal. Kita butuh pendekatan berbasis lanskap dan partisipasi nyata dari semua pemangku kepentingan,” katanya.
FKGI merekomendasikan lima langkah aksi kolektif sebagai berikut:
1. Restorasi habitat melalui rehabilitasi kawasan hutan yang terdegradasi.
2. Penegakan hukum tegas terhadap perambahan dan pembalakan liar.
3. Penguatan peran masyarakat lokal melalui insentif konservasi dan alternatif mata pencaharian.
4. Penerapan pendekatan bentang alam dalam pengelolaan kawasan konservasi yang melampaui batas administratif taman nasional.
5. Monitoring populasi gajah secara berkala dengan dukungan teknologi dan riset ilmiah.
FKGI mengajak seluruh pihak, termasuk pemerintah, korporasi, LSM, akademisi, media, dan masyarakat luas, untuk bersama-sama menjaga kelestarian Tesso Nilo sebagai warisan alam dan benteng terakhir bagi gajah sumatera di Riau.
“Pelestarian Tesso Nilo bukan hanya tanggung jawab satu lembaga. Ini tugas kita bersama. Gajah adalah harga diri Sumatera, dan kita tidak boleh tinggal diam melihat mereka kehilangan tempat hidupnya,” tutup Donny.
