RIAU (RA) - Sub Holding PTPN III (Persero), PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) PalmCo, menegaskan komitmennya menjaga keanekaragaman hayati dan kelestarian satwa langka melalui pengelolaan kawasan High Conservation Value (HCV) atau kawasan bernilai konservasi tinggi.
Perusahaan sawit milik negara ini mengelola lebih dari 14.000 hektare kawasan HCV yang tersebar di 96 lokasi di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Kawasan tersebut menjadi habitat penting bagi sejumlah flora dan fauna langka, termasuk Gajah Sumatera, Harimau Sumatera, serta berbagai jenis primata, unggas, dan tumbuhan endemik.
Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko K. Santosa, mengatakan orientasi bisnis perusahaan tidak hanya berfokus pada efisiensi dan profitabilitas, tetapi juga keberlanjutan jangka panjang.
"Kami percaya pertumbuhan ekonomi harus berjalan selaras dengan kelestarian alam, karena masa depan perusahaan juga bergantung pada kesehatan ekosistem," ujar Jatmiko, Sabtu (18/10/2025).
Sejak awal menerapkan standar Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) sekitar dua dekade lalu, PalmCo menjalankan prinsip NDPE (No Deforestation, No Peat, No Exploitation) sebagai pedoman utama operasionalnya.
Perusahaan juga mencatat nihil kasus kebakaran di seluruh areal perkebunan, termasuk di lahan gambut seluas 13.694,98 hektare, berkat penerapan kebijakan tanpa bakar (zero burning policy).
"Sejak awal kami komit zero burning. Jadi sampai kapan pun, PalmCo akan bebas bakar dalam segala operasinya," tegas Jatmiko.
Dalam upaya konservasi satwa, PalmCo menjalankan sejumlah program pelestarian, salah satunya mengalokasikan 50 hektare area perkebunan di Pesikaian, Indragiri Hulu, Riau, sebagai zona konservasi Gajah Sumatera.
PalmCo bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau untuk menciptakan jalur aman dan rumah singgah bagi gajah, sekaligus menanam pakan alami serta membentuk tim tanggap darurat konflik satwa.
Selain di Riau, PalmCo memperluas komitmen konservasi ke Kalimantan melalui dukungan terhadap program rehabilitasi orangutan bersama lembaga konservasi dan masyarakat sekitar.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi integrasi aspek lingkungan dan sosial dalam rantai nilai bisnis perusahaan.
"Kami ingin membuktikan bahwa sawit tidak identik dengan eksploitasi. Melalui sinergi dengan lembaga konservasi dan masyarakat adat, kami ingin menunjukkan bahwa industri ini bisa menjadi mitra alam, bukan ancamannya," tutup Jatmiko.
#Lingkungan
#HEWAN
