PEKANBARU (RA) - Indonesia patut berbangga. Di tengah dorongan menuju bauran biodiesel B50, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), Ernest Gunawan, menegaskan bahwa capaian Indonesia dalam memproduksi dan menerapkan B40 sudah mendapat pengakuan dunia internasional.
"Sebenarnya dengan B40 saja, kita sudah disanjung-sanjung di mata dunia," ujar Ernest.
"Pada bulan Juni lalu, saya menghadiri acara Palm Biodiesel Conference di Bangkok. Di sana, Indonesia seperti kakak kelas, bahkan disebut Big Brother, karena sudah mampu menerapkan B40," tambahnya.
Menurut Ernest, banyak negara yang masih berupaya menuju campuran biodiesel yang lebih rendah, bahkan belum sampai pada tahap B40. Mereka kagum dan penasaran bagaimana Indonesia bisa mencapainya dengan baik.
"Bahkan Pertamina juga ditanya oleh mereka, bagaimana cara blending-nya, kok bisa? Apa yang kalian ubah dalam sistemnya? Kami jawab, tidak ada yang diganti, hanya mencampurkan," jelasnya.
Ernest menilai, keberhasilan Indonesia dalam mengembangkan biodiesel bukan hanya memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga menjadi tolok ukur bagi negara lain yang ingin mengembangkan energi terbarukan dari bahan baku nabati.
"Biodiesel kita bukan sekadar proyek nasional, tapi juga simbol kepemimpinan Indonesia di industri energi hijau global," pungkasnya.
