Pengakuan Mahasiswi IPB: Kabur dari Rumah karena Dipaksa Kembali ke Agama Asal demi Beasiswa

Pengakuan Mahasiswi IPB: Kabur dari Rumah karena Dipaksa Kembali ke Agama Asal demi Beasiswa
Arnita Rodelia Turnip. (FOTO: FACEBOOK)

Riauaktual.com - Arnita Rodelia Turnip akhirnya angkat bicara. Tekanan demi tekanan dia alami setelah kuliahnya di Institut Pertanian Bogor (IPB) kandas setelah ketahuan pindah agama. Dia akhirnya kabur dari rumah.

"Saya tidak melanggar satu pun dari MoU. Indeks Prestasi (IP) saya di atas 2,5. Saya juga membuat Laporan Pertanggungjawaban (LPj), tetapi di semester dua, teman-teman saya dananya cair, saya doang yang tidak," tutur Arnita seperti dikutip dari Kumparan.com.

Pemerintah Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara mencabut Beasiswa Utusan Daerah (BUD) sejak 2016. Saat itu, dia baru duduk di semester dua IPB. Dia yakin beasiswa dicaut karena dirinya memutuskan untuk menjadi seorang Muslim.

Sebelumnya, dia diikat dengan surat pernyataan yang ditandatangani di atas materai. Surat itu diteken 2015. Penerima beasiswa akan gugur apabila tidak mendapat IP tak lebih dari 2,5.

Saat duduk di semester pertama, kata dia, dirinya mendapat IP sebesar 2,62. Sejak saat itu pula dia tak lagi menerima uang saku sebesar Rp6 juta per semester yang biasa masuk ke rekeningnya. Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang seharusnya otomatis dibayarkan ke IPB pun menjadi tertunggak.
 
"Karena tidak ada dana lagi dari BUD, saya bingung terutama uang saku. Jadi saya setelah enggak dapat saya enggak diam saja, saya nanya juga ke kakak tingkat, kami kan BUD ini ada tiga angkatan. Saya tanya ke kakak angkatan. Mereka jawabnya enggak tahu dan enggak tahu," katanya.

Arnita menjelaskan, dirinya memang memutuskan untuk memeluk agama Islam sejak satu pekan berada di IPB. Kala itu dia resmi memeluk Islam di Masjid Al-Hurriyah IPB. Namun, dia tak pernah mengira bahwa keputusan privatnya itu berdampak pada pencabutan beasiswa tersebut.

Kedua orang tuanya memang sempat menyalahkan dirinya karena pindah agama yang berujung pada pemutusan beasiswa. Terlebih, orang tuanya hanyalah petani yang sulit untuk membiayai perkuliahan Arnita di IPB. Kasus ini mencuat kembali pekan ini setelah ibunda Arnita, Lisnawati mengadu ke Ombudsman Sumatera Utara.

Arnita juga bercerita bahwa dirinya sempat kabur dan tak menyelesaikan semester tiganya di IPB. Semua bermula saat kedua orang tuanya yang belum tahu duduk permasalahannya sempat membawa dirinya kembali ke Simalungun. Saat di rumah, dia diminta untuk kembali masuk ke agama asalnya. Namun Arnita memberontak dan memilih untuk kabur ke Jakarta.

"Waktu itu saya ngambil uang ibu saya. Paginya naik bus langsung ke bandara," jelasnya.

Kendati memilih kabur dari rumah, Arnita rupanya sudah merencanakan semuanya dengan matang. Dia sudah mengontak koleganya yang merupakan orang di Muhammadiyah. Di Jakarta, akhirnya dia dikuliahkan di Fakultas Ekonomi Universitas Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta.

"Jadi saya diperbolehkan kuliah di UHAMKA dengan tunggakan-tunggakan, dan nantinya boleh dicicil. Makanya sekarang saya ngajar jadi guru privat. Dari pagi sampai siang saya kuliah, dari sore sampai malam saya ngajar. Saya biaya sendiri di sini," terang Arnita.

Meski sudah kuliah di UHAMKA, Arnita tetap berharap bahwa kasus ini segera selesai. Dia masih bermimpi untuk tetap bisa kuliah di IPB seperti dahulu. "Yang saya perjuangan sekarang itu adalah hak saya di IPB. Bukan karena IPB bagus atau gimana, tapi saya merasa bahwa hak saya ada di IPB," tegas dia.

Dihubungi terpisah, Kepala Humas IPB Yatri Indah Kusumastuti memastikan pihaknya sedang berupaya agar Arnita dapat berkuliah kembali di IPB. "Yang bersangkutan belum di-DO. Bahkan IPB sedang mencarikan solusi atas beasiswa yang diputus tersebut," kata Yatri.

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index