Riauaktual.com - Pesawat tersebut jatuh dari ketinggian 5.000 kaki. Untung, Erix yang saat itu bertindak sebagai kopilot serta Faslan Havisha (Alan) selaku pilot sekaligus instruktur terbang, selamat tanpa luka.
Sore itu, sekitar pukul 16.00 WIB, Toto Rusmindarto tiba-tiba mendengar suara "brukk". Dia kaget, lantas berlari ke pekarangan rumahnya.
Toto melihat sebuah pesawat berwarna kuning merah dalam posisi tersangkut di pohon mahoni dan kelapa. Dia juga melihat pilot dan kopilot turun sendiri dari kokpit pesawat.
"Tidak ada suara mesin, tak ada suara pesawat, tiba-tiba ada seperti pohon tumbang," ujar Toto sebagaimana dilansir Detik.
Awalnya, Toto hendak menolong pilot dan kopilot. Tapi ternyata, dia bisa turun sendiri.
Kapolsek Playen, AKP Yusuf Tianotak mengatakan, lokasi kejadian sekitar 500 meter dari Lanud Gading. Saat peristiwa terjadi, kondisi angin cukup kencang. "Pesawatnya sempat memutar dari timur, oleng lalu jatuh. Alhamdulillah keduanya (pilot dan kopilot) selamat," jelasnya.
Ketua Jogja Flying Club (JFC), Tjandra Agus Budiman membenarkan pesawat latih yang jatuh itu dikopiloti Erix Soekamti dengan pilot Alan. Keduanya terdaftar sebagai anggota JFC di bawah naungan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI). Sedangkan pesawatnya milik Erix pribadi.
Hasil investigasi sementara, penyebab pesawat jatuh karena mesin mati.
"Ketinggian 5.000 feet mesin mati, diputuskan mendarat darurat di landasan Gading, pukul 16.00 pilot declare emergency. Tapi pesawat tidak bisa masuk landasan Gading, dan sesuai prosedur, pilot wajib cari tempat mendarat paling aman, yang bukan perumahan, tidak timbulkan korban di bawah, bisa selamatkan pilot dan kopilot. Dan lokasi paling aman mendarat di kebun, pesawat nyangkut di pohon, titik jatuh di final runway Gading," kata Tjandra saat jumpa pers di Media Center Lanud Adisutjipto Yogyakarta, Selasa (4/9/2018) malam.
Dia mengungkapkan, pesawat jenis microlight tipe sky ranger itu kondisinya layak dipakai latihan terbang. Sebelum lepas landas dari hanggar JFC di Lanud Adisutjipto pukul 15.00, petugas telah mengecek ulang kondisi pesawat produksi tahun 2006 itu dan mendapatkan izin terbang.
Tjandra melanjutkan, Alan merupakan instruktur terbang yang sudah berlisensi, dia menjadi anggota JFC hampir 10 tahun.
"Sebetulnya pilot punya kualifikasi instruktur, kalau Erix masih baru di JFC, makanya tidak mungkin terbang sendirian, masih dalam pengawalan instruktur. Tapi namanya musibah, yang paling penting bagi kita semuanya aman, tidak ada korban, bisa selamat, kondisi awak pesawat tidak ada luka," tuturnya.
Kondisi Erix dan Alan sendiri menurut Tjandra memang tidak mengalami luka-luka.
"Saya (dapat laporan langsung menuju) di lokasi, keduanya masih di lokasi. Keadaan mereka tidak ada luka, sama sekali tidak dibawa ke rumah sakit, kondisinya cukup tenang," imbuhnya.
JFC, FASI dan Lanud Adisutjipto akan menginvestigasi lebih lanjut peristiwa itu. Bangkai pesawat sudah dievakuasi dan dibawa ke hanggar JFC.
Sumber : rakyatku.com
