Pasar Karet Jangan Bergantung Pada Eskpor

Pasar Karet Jangan Bergantung Pada Eskpor
Kadisbun Riau, Drs. H Zulher MS,

RIAU (RA)- Dalam kurun waktu satu tahun terakhir karet mengalami penurunan harga yang signifikan. Pada 2013 harga karet mencapai Rp15 ribu per kilogramnya namun tahun ini menurun tajam hingga Rp5 ribu per kilogramnya.

Penurunan tajam ini disebabkan oleh menurunnya permintaan karet dunia kepada Indonesia. Untuk itu diperlukan sebuah langkah cepat dari pemerintah terutama pusat untuk membuat sebuah regulasi khusus untuk hilirisasi produk karet. Dimana, dengan hilirisasi karet ini, Indonesia tidak lagi dikenal sebagai negara penghasil karet alam namun juga dikenal sebagai negara penghasil produk berbahan dasar karet.

Pernyataan itu disampaikan oleh Kadisbun Riau, Drs. H Zulher MS, saat dihubungi. Zulher secara jelas menyatakan nasib petani karet di seluruh Indonesia bergantung kepada kebijakan pemerintah pusat untuk hilirisasi. Dengan hilirisasi, maka nilai jual karet rakyat akan terus terangkat.

Zulher menerangkan bahwa penyebab jatuhnya harga karet disebabkan oleh beberapa faktor yaitu triangle penghasil karet yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand bukan lagi yang terbesar. Namun saat ini negara seperti Brazil, Cina, Vietnam, Beberapa negara latin dan afrika telah memiliki cadangan karet untuk ekspor sehingga menyebabkan perdagangan karet mengalami persaingan yang ketat.

Apalagi Tiongkok telah menurunkan nilai impor karetnya dari Indonesia karena telah memiliki basis produksi tersendiri. Penyebab selanjutnya adalah permintaan karet alam yang semakin menurun karena telah tergerus oleh karet sintetis (buatan). Dimana, beberapa dekade sebelumnya karet sintetis hanya dijadikan sebagai bahan campuran karet alam namun sekarang hal itu terbalik dengan karet alam sebagai pencampur karet sintetis dalam produksi suatu produk berbahan dasar karet. Disamping itu ada beberapa alasan lainnya yaitu Perlambatan ekonomi dunia, kualitas karet kita yang kalah saing dengan karet negara lain ataupun yang lainnya.

"Faktor tersebut menyebabkan karet kita tidak laku di pasar global. Apalagi hingga kini, kita belum bisa meningkatkan kualitas karet yang kita hasilkan yang sesuai dengan standar pasar global. Solusi yang tepat mengatasi penurunan harga ini, maka sebaiknya pemerintah pusat segera membuat sebuah regulasi khusus tentang hilirasi karet maupun mendorong swasta untuk melirik industri berbahan dasar karet seperti ban, sepatu, ataupun yang lainnya. Kita tidak lagi menjual karet alam namun kita menjual ke pasar dunia produk olahan karet. Dengan adanya langkah ini maka nilai jual produk kita akan semakin kuat dan petani kita akan diselamatkan," ujar Zulher.

Ditanya tentang langkah yang telah dilakukan oleh Disbun Riau untuk mengatasi gejolak penurunan harga karet ini, menurutnya Disbun Riau telah berbuat sesuai dengan Tupoksinya yaitu program perbaikan kualitas karet.

Diantara programnya yaitu pemberantasan/penggantian bibit palsu, peremajaan kebun karet rakyat yang tidak mampu, perbaikan jalan produksi, mengatas hama/penyakit, membantu petani untuk mendapatkan pupuk bersubsidi, bimbingan/penyuluhan ataupun yang  lainnya.

"Kami dibatasi oleh tupoksi dan anggaran. Tidak semua kebun karet rakyat yang bisa kita remajakan atau kita bantu. Kita berharap pemahaman petani untuk memiliki kebun yang berkualitas terus meningkat, karena bagaimanapun kebun karet bagi petani kita itu merupakan sumber utama penghasilan keluarga. Dan tentunya kesadaran merekalah yang sangat kita perlukan," ujar Zulher.

 

Laporan : romg

Berita Lainnya

index