Riauaktual.com - Suara tangis itu memecah kesunyian pagi. Datangnya dari sebuah rumah di Desa Jayasakti, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi. Seorang balita laki-laki menangis dan berteriak meminta sesuatu yang saat ini tengah disembunyikan ibunya, PS.
Sang ibu hanya duduk tak jauh dari anaknya. Sambil mencoba menyodorkan berbagai makanan dan minuman pada sang buah hati. Bukan tanpa alasan PS melakukan itu. Sebab, yang sangat diinginkan anaknya itu adalah styrofoam untuk dimakan.
"Ini saja ya, ada biskuit nih enak. Minum susu ya. Oh ini nih makan sosis ya, suka sosis kan?" kata PS mencoba menenangkan anaknya.
Sayangnya, hal itu sia-sia. Balita berinisial G itu masih menangis histeris. Sambil berguling-guling di lantai. Bahkan wajahnya sampai memerah. Situasi ini yang membuat PS serba salah. Dia tidak ingin anaknya memakan styrofoam, namun dia juga tidak tega melihat anaknya histeris bahkan wajahnya bisa sampai membiru.
"Saya kadang kalau dia lagi pengen banget nih buat makan kertas atau styrofoam, saya suka tega gitu tidak ngasih. Tapi kalau sudah nangis kejer terus mukanya sampai biru saya juga tidak tega kan ya. Tapi kalau sudah dikasih nih apa yang dia mau, ya diem dia," imbuhnya sebagaimana dikutip dari Merdeka.com.
Benar saja, setelah diberi styrofoam, tangisan G langsung terhenti. Sementara sang ibu hanya menatap nanar anaknya. Namun dia masih terus mencoba untuk menyodorkan biskuit hingga susu agar anaknya berhenti makan styrofoam.
Aktivitas ini tak berlangsung lama. Beberapa menit kemudian G berhenti makan styrofoam dan kembali bermain bersama teman-temannya. Sesekali, dia menghampiri ibunya meminta uang untuk jajan.
"Dia seperti anak normal, masih suka jajan, dan kalau makan ya masih makan nasi lauk pauk sampai sayur. Kebiasaan ini juga tidak sering gitu kalau dia mau saja. Kalau dia lagi tidak mau ya tidak bakalan makan (kertas hingga styrofoam)," jelas PS.
Viral dan Tuduhan Menyakitkan
Video balita G viral di media sosial. PS kerap mendapat komentar pedas dari pengguna media sosial. Sang ibu pernah dituduh sengaja membiarkan anaknya makan kertas hingga styrofoam agar bisa viral.
"Ada tuh yang bilang kalau saya emang ngebiarin anak saya makan kayak gitu biar viral. Ya kalau saya mau viral dari umur 1 tahun sudah saya videoin saya taruh di internet. Siapa sih yang mau anaknya kayak gini juga."
Video yang viral itu juga bukan berasal darinya. Namun dari saudaranya yang tengah berkunjung ke rumah PS dan saat dia melihat G, dia langsung merekam dan mempostingnya ke sosial media.
PS bercerita, kebiasaan sang anak mulai muncul saat usianya 8 bulan. Namun, dia bersama suami tidak curiga dan hanya menganggap itu sebagai kebiasaan anak kecil yang suka menggigit karena tumbuh gigi. Namun saat usianya 1 tahun, kebiasaan ini semakin terlihat.
Sejak saat itu hingga usia Gibran 3 tahun, PS dan suami berusaha untuk menghentikan kebiasaan anaknya. Dia mencoba mencari cara untuk mengalihkan anaknya untuk memakan cemilan-cemilan seperti biskuit hingga sosis.
Dia baru bisa menghilangkan kebiasaan anaknya untuk memakan sandal jepit. Sedangkan untuk kertas hingga styrofoam masih belum bisa dihilangkan.
Ingin Sembuh
Banyak pihak yang menyuruh PS untuk melarang anaknya memakan kertas dan styrofoam. Tak sedikit pula yang menyebut dirinya dan suami sebagai orangtua lalai.
Meski demikian, dia dan suami tidak ingin terlalu memikirkan komentar pedas itu. Karena yang terpenting baginya adalah bagaimana caranya agar kebiasaan G bisa hilang.
"Saya sebagai orangtua juga sedih dan bingung melihat anak saya seperti ini. Saya juga ingin anak saya normal seperti anak yang lainnya. Saya sudah berusaha agar kebiasaan dia hilang tapi tetap saja seperti ini. Saya bingung. Saya kalau dokter ada ilmunya boleh deh bagi ilmunya biar anak saya tidak seperti lagi," jelasnya dengan mata berkaca-kaca.
Namun, tak sedikit pula orang yang mendukungnya untuk terus berusaha agar kebiasaan G bisa hilang.
"Banyak tetangga-tetangga saya yang bilang supaya saya tidak terlalu memikirkan omongan orang. Yang tahu bagaimana keluarga saya ya cuma saya. Yang penting bagaimana Gibran bisa hilang kebiasaan anehnya."
Saat ini, PS dan suami masih menunggu rujukan ke psikolog anak. Sebab, saat diperiksa dokter beberapa hari lalu, kondisi kesehatan tubuh G masih normal. Tidak ada keluhan serius dan berat badannya masih dalam batas normal.
Namun, G disarankan untuk diperiksa oleh psikolog anak, karena dokter mendiagnosis G mengidap gangguan makan pica. Pica adalah salah satu jenis gangguan makan berupa keinginan dan nafsu makan terhadap benda atau zat yang bukan makanan atau tidak memiliki nilai gizi.
"Saya lagi menunggu dari puskesmas untuk rujukan ke psikolog anak atau psikiater anak untuk melihat sebenernya ada apa sama G. Saya berharap G tidak seperti ini lagi. Saya berharap G bisa sembuh dan seperti anak lainnya," harapnya lirih.
