Pengabdian Guru di Ujung Negeri Demi Ibu Pertiwi

Pengabdian Guru di Ujung Negeri Demi Ibu Pertiwi
Normayanti (34)

Riauaktual.com - Guru adalah penentu masa depan anak bangsa. Tantangannya berbeda, tergantung lokasi, apalagi wilayah yang miskin infrastruktur. Baik jalan, listrik maupun moda transportasi dan sarana lainnya.

Normayanti (34), berjuang keras melawan egonya untung mengajar di pulau terdepan, atau biasa disebut pulau terluar. Tepatnya di Desa Tanjung Kedabu Kecamatan Rangsang Pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.

Perjuangan Norma bagaikan lentera di tengah gelapnya fasilitas dan infrastruktur. Guru PPPK yang baru diangkat tahun 2022 lalu itu tak ingin masa depan anak didiknya segelap infrastrukur di sana.

Norma bukan guru sembarangan. Karirnya moncer setelah diumumkan sebagai guru Juara I Kategori Apresiasi Dedikatif SMA, SMK dan SLB se Riau.

Alumni FKIP Universitas Riau angkatan 2007 lalu itu ternyata punya cerita perjuangan sebagai pendidik. Khususnya sebagai guru di SMA Negeri 3 Rangsang Pesisir yang berada di wilayah pulau terluar Kepulauan Meranti.

"Saya lulus PPPK 2022 lalu. Penempatan di SMA Negeri 3 Rangsang sejak September," ucap Norma, Kamis (2/11).

12 tahun, bukan waktu yang singkat bagi Norma mengajar di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi. Sekolah asal sebelum ia kemudian dinyatakan lolos sebagai guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan ditempatkan di SMA Negeri 3 Desa Tanjung Kedabu.

Menyalurkan ilmu sebagai amal jariah menjadi modal utama istri Panji Nugraha itu untuk mengabdikan diri sebagai pendidik. Tak mudah, Norma harus menempuh perjalanan dengan sepeda motor selama 2,5 jam dari Tebing Tinggi untuk sampai di sekolah.

Bukan hanya persoalan waktu tempuh, dia juga harus melewati selat untuk sampai di Desa Peranggas. Alat transportasi yang digunakan berupa kempang atau perahu kayu.

"Untuk sampai ke sekolah, harus berangkat dari ibu kota kabupaten menyeberangi selat. Berangkat pakai kempang atau perahu yang biasa dipakai masyarakat Rangsang menuju kabupaten, itu 30 menit ke Desa Peranggas," kata ibu 2 anak ini.

Begitu tiba di dermaga, dia harus lanjut kembali ke Desa Tanjung Kedabu, melewati perkebunan karet yang dipenuhi semak belukar. Jalan itu menuju tempat tinggal yang ditumpanginya, yakni rumah singgah desa, suatu bekas rumah isolasi Covid-19 lalu.

Butuh waktu 2 jam untuk sampai ke lokasi dengan lewat jalan rusak, becek yang penuh tantangan. Jalan 'gelap' yang dipilih, penuh lumpur yang memancing emosi.

Norma melihat persoalan infrastruktur di daerah tersebut sangat minim. Tak hanya jalan berstruktur gambut yang rusak, listrik dan internet juga menjadi persoalan kemajuan di daerah tersebut.

Dia kerap kesulitan berkomunikasi lantaran terbatasnya jaringan. Tapi itu bukan suatu masalah besar baginya. Sebab tujuannya hanya 1, mengabdi untuk Ibu Pertiwi.

Tantangan lainnya yang dihadapi Norma seperti motivasi peserta didik yang masih rendah. Terutama dengan metode pembelajaran yang kurang inovatif karena keterbatasan infrastruktur.

Tantangan itu membuat Norma memutar otak agar anak-anak di sana mau pergi ke sekolah. Akhirnya Norma memberi solusi bagaimana caranya agar siswa tertarik untuk belajar.

"Salah satu solusi yang saya lakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan model project based learning (PjBL). Model ini dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menampilkan keterampilan tertentu dan motivasi peserta dengan melibatkannya dalam pembelajaran," kata guru mata pelajaran PPKn dan Sosiologi sekaligus Guru BK tersebut.

Medan yang jauh dan penuh tantangan membuat Norma memutuskan untuk tinggal di Pulau Rangsang. Saat akhir pekan, barulah kembali ke Tebing Tinggi menemui suami dan anaknya, Farid Atala Nugraha (7), Zelina Orlin Nugraha (2).

Suatu pengorbanan yang berat untuk seorang ibu yang memilik anak kecil-kecil. Apalagi sang suami juga berprofesi yang sama, sebagai tenaga pendidik.

Kini perjuangan Norma tak sia-sia. Dua bulan bertugas di pulau terluar Norma mampu menorehkan prestasi. Dia berhasil meraih Juara I Apresiasi Dediktif tingkat SMA, SMK dan SLB di Riau.

Norma yang pernah KKN di SMK Taruna Satria Pekanbaru itu masuk dalam 43 guru peraih penghargaan dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Guru dan Tenaga Kependidikan. Penghargaan itu diterima di Hotel Pangeran Pekanbaru, Selasa (31/10) malam kemarin.

"Malam kemarin saya dapat penghargaan setelah dihubungi mendadak untuk berangkat ke Pekanbaru. Alhamdulillah bisa mendapatkan Juara I Apresiasi Dedikatif sesuai penempatan saya di pulau terluar, Pulau Rangsang," kata Norma.

Berita Lainnya

index