IPB Dorong Pupuk Organik dari TKKS, Potensial Kurangi Biaya Pemupukan Sawit hingga 20%

IPB Dorong Pupuk Organik dari TKKS, Potensial Kurangi Biaya Pemupukan Sawit hingga 20%
Workshop IPB University

Riauaktual.com - Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) berhasil dikembangkan menjadi pupuk organik substansial pupuk kimia oleh Fakultas Teknologi Pertanian Institusi Pertanian Bogor (IPB).

Dimana teknologi ini mampu menekan biaya produksi pemupukan hingga 20%.

Pengembangan tersebut diungkapkan Ketua Tim Pelaksana Kegiatan Workshop IPB University, Prof Dr Erliza Hambali dalam Workshop Karbonisasi TKKS dan pemanfaatannya sebagai pupuk organik untuk substitusi pupuk kimia pada perkebunan kelapa sawit di Pekanbaru, Selasa, (15/11/2023) pagi.

Dihadapkan awak media Prof Dr Erliza Hambali mengatakan dalam situasi perkebunan kelapa sawit ini biaya terbesar adalah pupuk agar tanaman tumbuh baik dan subur. Biaya pemupukan sekitar 80% dari keseluruhan biaya operasional perkebunan tersebut.

Untuk itu, TKKS merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menurunkan biaya pemupukan tersebut adalah dengan mengsubstitusi pupuk kimia dengan bahan karbon hasil dari proses karbonisasi tandan kosong kelapa sawit.

"Penggunaan karbon dari TKKS mampu menurunkan biaya pemupukan di perkebunan kelapa sawit sebesar 20%. Proses karbonisasi TKKS akan menghasilkan karbon/arang sebagai produk utama (30%) dan vinegar wood (asap cair) (6%) dan tar (3%) sebagai hasil samping," ungkap Prof Dr Erliza Hambali.

Dipaparkan Erliza Hambali, kandungan hara dan mineral terdapat pada karbon/arang tandan kosong kelapa sawit adalah N, P, K, Mg dan mineral lainnya.

Dimana dalam perkebunan kelapa sawit Hara dan mineral ini sangat diperlukan oleh tanaman sawit untuk dapat berkembang dengan baik dan menghasilkan buah sawit yang sehat dan relative besar.

Kelebihan pemanfaatan arang TKKS sebagai substitusi pupuk kimia dibandingkan kompos adalah pada kemampuannya yang sangat cepat dalam menyerap unsur-unsur hara dan mineral tanah.

Sementara itu Vinegar Wood dapat dimanfaatkan untuk bahan pengawet produk-produk perikanan, bio desinfektan pada peternakan ayam. Sedangkan Tar dapat dimanfaatkan sebagai energy alternatif pada industri yang mampu menurunkan emisi CO2.

"Secara nasional luas perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2022 adalah sekitar 15,4 juta Ha yang mampu menghasilkan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebesar 47 juta ton. Pemanfaatan TKKS secara komersial saat ini masih sangat terbatas, diantaranya untuk pupuk kompos, bahan bakar padat dan lainnya," ungkap Erliza Hambali.

Sementara itu Rektor Universitas Lancang Kuning, Prof Dr Junaidi SS M Hum yang turut hadir pada workshop ini menjelaskan, pihaknya akan mendukung dan mendorong dosen di Fakultas Pertanian untuk mendalami dan meneliti teknologi karbonisasi.

"Pasti kita akan mendukung. Kita berharap teknologi ini bisa kita terapkan di Riau, karena di Riau perkebunan sawitnya terluas di Indonesia. Jadi untuk dosen-dosen di Fakultas Pertanian ULK agar bisa nantinya terlibat dalam penelitian karbonisasi ini," harap Junaidi.

Diwaktu bersamaan, Pembicara Workshop dari IPB University, Prof Herdata Agusta memaparkan penggunaan tandan kosong sebagai biocharge telah dilakukan penelitian secara mendalam baik di Indonesia maupun di luar negeri.

"Tapi, untuk skala yang teraplikasi baru akan dilaksanakan di PT PGA. Karbonisasi ini selain berguna untuk menyuburkan tanah, memperbaiki kondisi tanah juga dapat mengurangi emisi lingkungan," ujarnya.

Kompartemen Research GAPKI, Achmad Fathoni mengatakan, teknologi ini nantinya akan menjadi sesuatu kebutuhan bukan lagi alternatif.

"Tujuan untuk menurunkan biaya produksi kelapa sawit. Biaya produksi paling tinggi dari pemupukan yang mencapai 70%. Kalau kita bisa menurunkan penggunaan pupuk unorganik itu, bisa menghemat biaya pemupukan mencapai hampir 20%," tandas Achmad Fathoni.

Berita Lainnya

index