Riauaktual.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru saja menyatakan kalau masalah kesehatan yang dialami oleh sejumlah masyarakat bisa menjadi suatu ancaman kesehatan global yang mendesak.
Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Ahli yang menyebutkan bahwa efek kematiannya bisa setara dengan merokok sebanyak 15 batang sehari.
Terkait masalah tersebut, WHO juga telah membentuk Komisi Internasional bersama dengan Ahli Bedah Umum AS, dr. Vivek Murthy dan utusan pemuda Uni Afrika, Chido Mpemba, serta 11 aktivis dan Menteri Pemerintah termasuk Ralph Regenvanu, Menteri Adaptasi Perubahan Iklim di Vanuatu, dan Ayuko Kato selaku Menteri yang bertanggung jawa atas tindakan kesepian dan isolasi di Jepang.
Masalah itu datang diduga setelah pandemi Covid-19. Segala aktivitas ekonomi dan sosial berhenti sehingga tidak hanya meningkatkan tingkat kesepian.
“(Kesepian) melampaui batas dan menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang mempengaruhi setiap aspek kesehatan, kesejahteraan, dan perkembangan,” kata Mpemba, dikutip dalam laman The Guardian, Senin (20/11/2023).
Risiko kesehatan yang terjadi ini sama buruknya dengan merokok hingga 15 batang sehari. Bahkan bisa lebih menjadi parah ketika hal itu juga terkait dengan obesitas dan aktivitas fisik.
Sementara kesepian juga sering kali terlihat di negara-negara maju. Menurut Murthy, satu dari empat orangtua mengalami hal serupa di sejumlah wilayah dunia. Bahkan pada orang dewasa, tingkat kesepian yang dimiliki bisa mengalami peningkatan sebanyak 50 Persen.
Hal tersebut memicu risiko pengembangan demensia, dan 30 Persen peningkatan risiko insiden penyakit arteri koroner atau stroke.
Di sisi lain, masalah ini juga bisa berdampak pada kalangan muda. Antara 5-15 Persen remaja mengalami kesepian. Di Afrika, sebanyak 12,7 Persen remaja mengalami kesepian, Sementara 5,3 persen remaja di Eropa mengalami kesepian.
Untuk itu, tidak sedikit dari mereka yang memilih tidak melanjutkan kuliah. Kondisi ini juga dapat menyebabkan masalah yang buruk pada sektor ekonomi. Sedangkan dalam dunia kerja, dapat menyebabkan ketidakpuasaan dan kinerja pekerjaan yang lebih buruk.
“Kami percaya bahwa penting untuk mendefinisikan kembali narasi seputar kesepian terutama untuk populasi rentan yang dikecualikan oleh kesenjangan digital,” ucap Mpemba.
“Masalah-masalah ini tidak mempengaruhi satu negara. (Kesepian) adalah ancaman kesehatan masyarakat yang kurang dihargai,” ucap Murthy.